Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen: Hantu Paling Tampan

25 Maret 2024   17:02 Diperbarui: 25 Maret 2024   17:17 310 36

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum. Laa ta......"

"Stop stop stop! Gue udah bilang, hantu jaman sekarang udah ngga takut sama ayat kursi."

Dalam sekejap Sindy pun terdiam, sorot kedua matanya menatap sinis pada lelaki berkemeja biru yang berdiri di pojok kamarnya.

Beberapa menit lalu Sindy dan Rama berdebat untuk ke sekian kalinya. Hingga Sindy berusaha mengusir Rama dengan membacakannya ayat kursi, yang katanya ampuh untuk mengusir hantu dan kroninya.

Hari-hari Sindy terasa berbeda sejak kepindahannya ke kamar kost di Jalan Paseban itu. Sindy punya kenalan baru, yang dapat dijadikan teman sekaligus musuh. Meski sejak kecil Sindy dapat melihat makhluk astral, tapi Rama jelas berbeda. Lelaki itu sangat tampan.

Tampilannya masih sempurna seperti orang hidup. Tidak berantakan dan tak karuan seperti makhluk astral lainnya yang sejauh ini sudah pernah Sindy jumpai.

"Oke, gue lupa tanya agama lo. Mungkin ayat kursi ngga mempan karena lo bukan muslim."

"Hahaha... Ngga ngaruh, Sin! Gue muslim. Dulu gue selalu menang lomba adzan."

"Ngga nanya!" ucap Sindy ketus. "Terus, mau sampai kapan sih lo di sini?"

"Tempat gue emang di sini, Sindy. Kalau lo mau tetap di sini, harusnya lo bisa dong nerima keberadaan gue."

Sindy menghela nafas, tertunduk lalu bangkit dari duduknya. Mondar-mandir sambil tolak pinggang di hadapan Rama.

"Ngga bisa! Kita ngga bisa terus-terusan bareng kayak gini. Gue... gue bisa jatuh cinta sama lo. Aduh, kenapa sih lo ganteng banget? Dikasih makan apa sama emak lo, sampai bisa ganteng begini?" gerutu Sindy dalam benaknya.

"Lo ngga capek mondar-mandir? Mikirin apa sih? Cara buat ngusir gue lagi?"

"Iya! Tapi kayaknya percuma juga, ngga bakal berhasil."

"Udah lah Sin, ngga usah dipikirin terus. Sebenarnya... gue ngga bakal selamanya terus di sini kok."

Sindy yang terkejut, membulatkan kedua matanya memandang wajah Rama. "Maksudnya, lo bakal pergi sendiri gitu?"

"Hmm. Di hari ulang tahun gue yang ke dua puluh nanti, gue bakal pergi selamanya. Karena infonya, di hari itu ada banyak orang yang benar-benar tulus doain gue."

"Hah, infonya? Info dari siapa?"

"Ya, info dari Kementerian Kayangan bidang Ketentraman."

"Hah, apaan sih?! Bisa gila gue, kelamaan deket-deket sama lo. Tapi... beneran itu, lo bakal pergi?"

"Iya Sindy." sambil tersenyum Rama memandang wajah gadis berpiyama hitam di hadapannya. "Jujur gue ngga mau pisah sama lo, Sin. Lo cewek paling baik dan tulus yang pernah gue kenal." lanjutnya dalam hati.

Sejak Rama mengatakan bahwa ia akan pergi selamanya, suasana hati Sindy mulai kacau. Gadis itu sendiri tak mengerti akan rasa yang berkecamuk dalam dadanya.

Sindy tak percaya Rama akan meninggalkannya. Sedih dan kesal melebur, tak dapat ia ungkap dengan kata, selain tangisannya yang hampir di tiap malam.

"Lo habis nangis ya, Sin? Kok mata lo ....."

"Ngga!" sergahnya memotong kalimat Rama.

"Lo baik-baik aja kan, Sin? Dua hari lagi... ulang tahun gue lho."

Dengan hentakan Sindy meletakkan sendoknya di atas piring. Ucapan Rama sukses membuyarkan sarapannya pagi itu. "Kenapa baru bilang sekarang? Harusnya... harusnya lo bilang dari waktu itu!!!" seketika tangisan Sindy pecah. "Gue ngga mau lo pergi, Rama... Lo ngerti ngga sih???" lanjutnya di sela tangis.

Lelaki itu hanya dapat memandangi Sindy, dalam diamnya ia merapikan padanan kata sebelum terlontar keluar dari mulutnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun