Lelakiku, cahaya bulan masih mengantung. Seolah-olah tengah mengulang-ngulang sesuatu. Seperti hendak berteriak. Bahwa November harus berpulang. Seperti luruhnya melati yang tak betuan, satu persatu kelopaknya luruh. Terjerembab di dada yang sunyi. Hingga puisi urung berdiksi.
KEMBALI KE ARTIKEL