Malam ini, Aya memilih tinggal di rumah dan menolak ajakan Bunda Asih dan Viana berkunjung ke ruma Eyang Uti Enggar. Hal ini bukan tanpa sebab, tapi karena Aya butuh waktu untuk sendiri dikarenakan bingung harus memilih salah satu calon yang diajukan sebagai bakal calon kades pengganti mas Hans.
Di tangannya terdapat 4 lembar foto, Bocing, Pak Ibay, Mbak Sekar dan Bundanya sendiri Asih.
“Haduuhhh..kenapa ga mas Hans lagi sich yang jadi kades?.” Pikirnya
Tiba-tiba Aya bangkit dan menuju meja kerja Bundanya. Diambilah selembar kertas lengkap dengan penanya.
Kemudian Aya membuat beberapa kolom, mulailah ditulis satu persatu nama balon kades di kolom-kolom tersebut.
Kolom pertama berisi Bocing :
Bocing baik, bertanggung jawab, kurang ganteng, kurang gede, kurang romantis. Namun yang membuat terkesan adalah sosoknya sangat rendah hati. Tidak ingin menonjolkan kebaikan-kebaikan yang sudah dikerjakan. Pemimpin yang rendah hati biasanya ga tega untuk korupsi.
Tetapi ada satu hal yang membuat khawatir, kalau Bocing jadi kades, jangan-jangan poligami jadi program kerjanya.
(Mata Aya langsung mendelik, sebel sendiri)
Dan Aya langsung mencoret nama Bocing.
Kolom kedua berisi Pak Ibay :
Haha. (senyum dikit ah).
Membayangkan pak Ibay, berasa sedang bayangin bola bekel. Bulet, bening dan lincah ceria. Sosok seperti ini sangat menginspirasi warga Rangkat, karena energy keceriaan yang selalu menempel bisa membuat suasana keruh menjadi jernih. Seperti kening pak Ibay..(piss ahh untuk titi Jingga).
Selain ceria dan lincah, sosok Pak Ibay adalah sosok yang penuh welas asih, kelembutan dan kehangatan selalu hadir ketika warga membutuhkan tempat untuk berbagi kisah, baik suka maupun duka. Termasuk berbagi urusan perut alias jika lapar ketuklah rumah Pak Ibay pasti dengan sukacita dijamu walaupun alakadarnya.
Aya memberi tanda merah pada kolom Pak Ibay.
“Sepertinya bisa diperhitungkan” gumam Aya.
Kolom ketiga berisi mbak Sekar.
Nah. Kalau untuk urusan mbak Sekar, sebenarnya Aya bisa memilihnya, tapi dengan system barter, yaitu Aya memilihnya tapi dengan syarat mbak Sekar mau mewariskan ilmu menulisnya pada Aya. (Hihihiiihii…muncul tanduk dikepala).
Sosok mbak Sekar, galak dalam urusan eyd, disiplin, namun sangat terbuka pada siapa saja. Hangat pada setiap warga baru.
Sangat mendukung sebagai ibu Kades.
“Tapi enggak ah, kalau mbak Sekar jadi kades, terus sibuk dengan program ini dan itu, bisa gagal dong proyek buku Rangkat. Sementara Aya merasa, bahwa menjadi seorang penulis adalah impian terbesarnya mbak Sekar.”
“Maaf ya mbak Sekar, Aya mencoretmu, karena menurut Aya, mbak Sekar harus mengejar impian yang selama ini di bangun dari bawah” Aya mengecup foto mbak Sekar, dan mencoret kolom berisi namanya.
Kolom ke empat berisi nama bundanya sendiri yaitu Asih.
Bagi Aya, sosok bundanya sangatlah bersahaja, pendiam namun penuh wibawa. Bahkan saking pendiamnya, kadang Aya berpikir, benarkan Aya adalah putrinya, jangan-jangan semasa di rumah sakit Aya tertukar dengan orang lain, dengan arti Aya sebenarnya bukan putrinya Bunda Asih.
Tapi what ever lah ( hwalah sok inggris)…siapapun akan bangga bila memiliki seorang bunda yang menjabat sebagai kades. Tapi hal ini tidak berlaku bagi Aya dan Viana.Karena jika bunda Asih lulus menjadi kades, Aya dan Viana akan semakin sering terkena bisul dan sembelit.
Sekarang saja bunda Asih sudah sangat sibuk dengan aktivitasnya, hingga jarang masakin sayur untuk Aya dan Viana, mentok-mentoknya telur dadar dan telur mata sapi yang terkadang matanya juling kanan kiri.
“Bunda Asih sayang ! maafin nanda ya jika mencoret nama bunda dari list pilihan Aya. Aya dan Viana berharap bunda akan semakin mempunyai waktu luang bersama kami. Sehingga Bunda bisa lebih leluasa mencarikan Aya calon suami yang beberapa waktu lalu Aya minta. (hehe)” Aya mendekap erat foto bundanya.
Setelah membaca ulang setiap kolom yang berisi daftar nama calon kades, maka dengan mantap Aya memberi tanda hijau pada kolom Pak Ibay.
Itu artinya, Pak Ibay merupakan pilihan Aya sebagai calon pemimpin Desa Rangkat. Calon Kades.
:menarik nafas panjang “Semoga Pak Ibay tetap menjadi sosok yang apaadanya, sama seperti ketika belum menjabat sebagai kades”