Aya yang meyadari ternyata kulitnya berubah gosong, mulai bersikap kayak kebakaran jenggot..eh salah..kebakaran jempol..dan hal ini sangat membuat risau suasana hatinya.
Kondisi semula aja bikin kades Hans cuek ala bebek, apalagi sekarang, dengan kondisi kulitnya yang berubah gosong lotong.
Mulailah Aya rajin membaca buku, mencari win-win solusi agar kulitnya bisa kembali cerah dan terang benderang.
Rasa galau yang sudahseluas stadion gelora Bung Karno, membuat Aya sedikit lupa akan rasa rindu pada Kades.
“ Pokoknya harus kembali putih..apapun caranya..HARUS..” Aya membulatkan tekadnya.
Dan langkah awal dari usaha itu adalah Aya pergi ke rumah Mommy, basa basi bayar iuran, padahal mau sekalian curhat.
(dasar akal buaya..hehehe)
Rumah Mommy jaraknya lumayan jauh dari kontrakan Aya, karena hal tersebut, segala persiapan dilakukan Aya. Demi menjaga supaya kulitnya tidak makin gosong.
Dengan semangat berapi-api Aya, meluncur kerumah Mommy. Sepanjang jalan, beberapa warga melihat Aya dengan tatapan aneh. Setengah bingung mereka hanya senyum-senyum sambil berbisik.
“ Ahh biarkan sajalah, Aya dianggap aneh oleh mereka..yang penting, kulit Aya bisa terjaga dengan baik…” pikir Aya dalam hati.
Tanpa sengaja, dijalan Aya berpapasan dengan pak Edi Siswoyo (sengaja ditulis lengkap namanya, biar ga salah orang.)
“ Loochhh…ameh nangdhi nduk..kok kesusu tenan,sajak’e iki..” Pak Edi bertanya dengan bahasa kalbunya.
Aya hanya menoleh, kemudian dia membuka tasnya, mengeluarkan sebuah buku tulis. Mulai menulis.
“ MAU KERUMAH MOMMY, BAYAR IURAN.”
“ Lhaaa…kenopo ..ono opo..sariawan tho nduk…ga iso ngomong..”
Aya hanya geleng-geleng kepala sambil mengibas-ngibaskan tangannya, menyakinkan bahwa semua baik-baik saja.
“ Nah,terus kenapa…udah ga ngomong terus ini stlye kenapa lebih mirip lontong” Pak Edi semakin penasaran dengan sikap nya Aya.
“ SUDAH DULU YA PAK, AYA BURU-BURU..MAU KE RUMAH MOMMY DULU..ASSLM” Jawab Aya dengan tulisan.
“ Walaikumsalam..” Pak Edi menjawab dengan wajah mlongo.
Matanya tak lepas memandang Aya. Merasa ada yang aneh. Terlebih pada warna-warni yang dipakai.
“ Kayaknya nduk Aya, mulai sakit jiwa gara-gara Kades..”
“ Eman-eman,,,ayu,,ayu bakalan calon wuedan..”
Pak Edi bicara sendiri.
###
Akhirnya Aya sampai di rumah Mommy.
“ Kok sepi ya..jangan-jangan Mommy ga ada dirumah nich” Gumam Aya.
Tok..tok…Aya ketuk pintu, tak ada jawaban
Brak..brakk..brakkk…Aya gebrak pintu, tetap tak ada jawaban.
Prangg..prangg..pranngg..Aya pukul-pukul kaca jendelan Mommy., masih saja tidak ada jawaban.
Ahkirnya.,,,” Mmmooommmmyyyyyyyyyyyy…Asssaalllaaammmuuuaalllaaikkkuummmmmm…”
Tak berapa lama, pintu dibuka. Muncullah Mommy.
“ Astaga, Ayaaaa….kirain siapa !!!..”
“ Mommy tadi ga buka pintu, karena ga tau kalau yang datang Aya..”
“ Aya kenapa berpenampilan begini…astaga…ck..ck..”
Tanpa kedip Mommy, melihat Aya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Sementara Aya hanya cengar cengir menjawab..” Aya sedang diet sinar matahari Mommy, makanya pake kostum begini.”
Mommy mlongo saja mendengarnya. Sementara Aya mulai sibuk melepas atribut yang di kenakan.
Siang itu atribut yang di pakai Aya adalah sarung yang dibuat seperti kostum ninja, kemudian di lapisi helm pembalap, memakai kaos kaki bola warna warni, kemudian sarung tanga warna hijau, di tambah payung warna kuning. Plus kaca mata hitam.
Itulah sebagian dari usaha dan upaya Aya, demi mengembalikan warna kulitnya yang menurut kang Inin terlihat gosong.