Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Terhentinya Mimpi Aya

19 Februari 2014   22:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 148 2
[caption id="attachment_323523" align="aligncenter" width="800" caption="Foto tumblr"][/caption]

“Aku ingin mempunyai anak perempuan yang akan mewarisi runcingnya hidung mu” dengan riang Aya berceloteh sementara tangannya sibuk membetulkan rambutnya yang sepanjang bahu, yang berantakan karena angin siang ini berhembus lebih kencang.

Lalu dengan tangan kirinya, Aya meraih segelas orange squash, nampak di setiap sisi gelas tersebut sudah lebat berembun, pertanda bahwa minuman tersebut sudah sedari tadi di pesan

Bibir Aya menguncup..menyruputnya dengan gemas..udara yang terik harus di tebus oleh sesuatu yang menyegarkan.

Sambil menikmati gelegak sejuk di tenggorokannya, Aya melirik pada Bayu. Laki-laki yang sudah setahun lebih menjadi kekasihnya.

Sudah biasa Aya mendapatkan perlakuan yang cuek dari Bayu. Tapi kali ini Aya ingin Bayu meresponnya.

Merasa tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Bayu, Aya meletakkan gelas itu pada tempatnya.

“Bay..” Aya mulai merajuk.

“Aya, Sayang..” –hanya itu yang terucap-

“Aku tahu Bay, kamu pasti kebingungan menjawabnya..Lupakan saja”

Aya membetulkan tempat duduknya yang sedikit mlorot..kemudian tangan kanannya meraih gadget yang berada tepat di hadapannya.

Membuka menu aplikasi game dan jari-jarinya mulai asik menekan beberapa tombol

“Sepertinya Bayu tidak pernah ingin merajut mimpi apapun bersamaku”

Aya merintih dalam hati.

Yah, Aya dan Bayu masih berstatus pacaran, kemungkinan apapun bisa terjadi. Tetapi apakah suatu kesalahan jika di sela-sela kebersamaan menghabiskan waktu, Aya kerap menyisipkan mimpi-mimpi masa depannya bersama Bayu.

Perihal bentuk rumah dan warna cat yang akan di pilih nanti, jumlah anak yang di kehendaki, bulan madu kemana dan berapa lama, tentang ini dan itu.

---

Sudah hampir 2 jam, Aya duduk sendirian di café. Tak pernah bosan matanya menatap pintu masuk. Sesekali jarinya nampak gemas menekan sebuah nomor.

“ telepon yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar service area..”

“Huuhh..Bayu..Kamu kenapa sich hapenya mati?! Kan udah janjian mau ketemu jam 7..Sekarang sudah jam 9…”

Gemas bercampur kesal, kecewa dan sedih membuat mata Aya berkaca-kaca. Jika sekali atau dua kali mungkin bersikap sabar akan menjadi penetralnya. Namun selama setahun menjalani hubungan, sosok Bayu sudah kerap bersikap seperti ini.

Ingkar janji, tidak pernah merespon apapun tentang mimpi-mimpi Aya, sering terlambat datang jika ngedate.

Aya menatap nanar pada meja di hadapannya. Sudah 4 gelas orange squash di minumnya..Bahkan jam tutup café pun sudah dekat.

Namun Bayu Anggoro, laki-laki yang di tunggunya tak kunjung datang.

“……”

Aya menarik panjang-panjang nafasnya, seolah ingin menghempaskan timbunan amarah keresahannya, yang sudah berlarut-larut.

Aya melambaikan tangan kirinya pada pelayan, seorang laki-laki berbadan sedang dengan kepala botak menghampiri aya

“Mas, billnya” dengan cepat Aya mengatakan maksud lambaiannya

Dengan langkah lebar-lebar pelayan menuju kasir dan kembali dengan baki yang berisi bill minuman Aya.

Aya mengambil beberapa lembar uang puluhan dan meletakkan pada baki si pelayan “Ambil saja kembaliannya”

Aya beranjak lemas dari tempat duduknya, namun matanya masih mencari-cari pada setiap sudut café ini, berharap ada tanda-tanda kedatangan bayu

Sampai di parkiran pun, mata Aya masih menyimpan harapan bisa menemukan kehadiran Bayu

Sesaat sebelum membuka pintu mobilnya, Aya kembali meraih ponsel dan menekan nomer selularnya Bayu,berharap ponselnya sudah kembali aktif.

Namun lagi-lagi Aya kecewa, nomer yang di tujunya masih mati.

“ Brakkkk” Sekuat tenaga Aya menghempas pintu mobilnya tak peduli pada tanggapan orang yang mendengarnya.

“…mimpi apalagi yang tersisa dari hubungan seperti ini..” lirih Aya

Dan mobil CRV berwarna hitam itu, meluncur tanpa kendali..kecepatan maksimumnya sudah melampaui batas

---

Tergesa-gesa Bayu berlari menyusuri selasar rumah sakit, beberapa kali tubuhnya secara tidak sengaja menabrak apapun di hadapannya. Perawat, anak kecil, ibu hamil bahkan sudut bangku di ruang tunggu.

“Aya..” Bayu langsung memeluk Aya. Ada rona kebahagiaan terpancar di wajahnya karena mendapati Aya dalam keadaan baik-baik saja. Tak ada luka yang berarti pasca kecelakaan mobil yang tumpangi Aya.

“Semalam aku ketiduran, capekkkkkk banget setelah 2 malam nonstop bergadang mengerjakan maket pembuatan mini marketnya Duta..Maafkan aku ya..Pasti semalam kau menunggu berjam-jam di café..sendirian..” Tanpa suatu beban, Bayu asik berceloteh. Sesekali tangannya memainkan rambut poni Aya yang terjatuh di keningnya.

Aya hanya mengerjap-gerjap. Matanya menatap kosong pada Bayu, sesekali keningnya berkerut kerut, seperti merasa ada yang janggal dengan sosok di hadapannya.

Berkali-kali Bayu mendaratkan pelukan dan ciuman pada Aya. Namun Aya seperti tidak responsive pada sikap Bayu.

“Ay, kamu kenapa?” Bayu mengangkat dagu Aya,lembut.”Aku tahu kamu pasti sangat marah, soal semalam..maafkan aku, Aya, Sayang” bibir Bayu hendak mengecup bibirnya Aya, namun dengan cepat Aya menghindar. Dan cepat-cepat berpaling dari Bayu.

“Aya…” Bayu mulai gelisah dengan sikap Aya.

---

“Mbak Aya beruntung, airbag mobilnya bekerja dengan baik, sehingga tidak terjadi luka yang mengkhawatirkan. Hanya sayangnya, karena tidak menggunakan safetybelt, saat hentakan terjadi bagian sisi kanan kepalanya terbentur cukup kuat, dan ini menyebabkan trauma pada kepalanya..Efeknya adalah memorinya menjadi lemah, bisa di katakan mbak Aya mengalami dissociative amnesia, yaitu gangguan memori yang menyebabkan seseorang lupa kepribadian atau identitas dirinya, tetapi jangan khawatir ini hanya dalam waktu singkat. Dari hasil MRI semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu di cemaskan pada bagian kepala..Mbak Aya akan dirawat beberapa hari untuk memastikan kondisi trauma di kepalanya”

Penjelasan dari dokter yang memeriksa Aya, terngiang-ngiang di kepala Bayu menimbulkan denyutan menyakitkan.

“Oh Tuhan, Ayaku amnesia..Pantas saja dia tak merespon apapun saat aku didekatnya” Bayu meremas-remas rambutnya. Sesekali kali tangannya terkepal dan memukul-mukul kepalanya sendiri.

---

Aya masih terlelap, ketika Bayu datang mengunjunginya pagi ini. Dengan perlahan Bayu memindahkan kursi tamu yang berada di sudut kamar perawatan Aya, di dekat ranjangnya.

Di raihnya tangan Aya yang putih bersih, dan menggenggamnya erat.

“Aya, aku rindu mendengar celoteh-celoteh mimpimu, Sayang” Bayu mulai terisak, ada sesal menggunung di dadanya.

Dirinya sangat menyadari, bahwa sudah kerap kali mengecewakan Aya. Bahkan terkadang dengan sengaja Bayu sering melakukan hal-hal yang tidak Aya sukai. Merokok berlebihan. Bergadang malam-malam hanya demi social medianya.

Walau penjelasan dokter mengatakan bahwa ini hanya sesaat namun menemukan Aya tanpa celotehnya begitu menyakitkan bagi Bayu.

“Aya, lekaslah pulih…Aku tidak tahan menghabiskan waktu tanpa mendengar sketsa mimpimu..tentang rumah impian kita, anak-anak kita kelak...atau bulan madu pernikahan kita kelak…Aku berjanji, akan merespon setiap sketsa mimpimu…Aku berjanji Aya” Pundak Bayu berguncang, wajahnya tergugu menyesali sikap sombongnya selama ini. Yang selalu acuh tak acuh.

“Ka..mu..s..ii..apa” Empunya tangan terjaga, Aya bertanya terbata, wajahnya kebingungan pada sosok di hadapannya. Di hempaskan genggamannya Bayu.

“Kenapa kamu disini”

“Kamu siapanya aku”

Pertanyaaan dari Aya makin mencuatkan rasa sesal di rongga dada, tiba-tiba Bayu sangat merindukan semua kisah mimpi-mimpinya Aya. Mimpi yang kadang dianggapnya terlalu berlebihan, terlalu menuntut dan terlalu aneh.

“Aya ku, lekaslah pulih, Sayang..Dan kembalilah berceloteh”

Aya menatap kosong pada Bayu. Tak ada celoteh apapun keluar dari bibirnya.

---

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun