Rasanya hati kita sudah terlampau jauh meminta dipersatukan.
Pada hari-hari berikutnya, aku menunggui mu di balik pintu yang sama.
Kamu tersenyum, lalu berbalik arah.
Ku tanya, "ingin ke mana?"
"Pergi"
"Meninggalkan aku?"
"Memang aku pernah meminta mu hadir?"
Aku tertawa sinis, bodohnya aku.
"Boleh aku bertanya sekali lagi?"
"Apaa?"
"Kamu tidak pernah melihat kehadiran ku selama ini?"
"Hmm. Menurut mu?"
"Seriiusss?"
"Aku tidak pernah meminta kehadiran mu.
Tapi Tuhan yang mengirimkan mu untuk hadir di sisiku."
Aku membuka pintu, padahal matahari baru saja bersinar.