Jika boleh saya mengulas evaluasi dari Tim Capres dan membedakan dari segi kekuatannya. Tim Capres pertama, Strategy menciptakan sebuah figur yang tegas dengan pola menyerang sedangkan tim capres kedua (sekarang Bapak presiden) pada awalnya menciptakan figur sederhana dan terbiasa bekerja dengan pola bertahan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan strategy tersebut akan tetapi bola panas yang digulirkan tim capres 1 dimulai dengan kritik secara fisik sampai gambar dan issue sara ke figur ke 2 membuat panas pendukung tim tersebut ditambah dengan adanya obor rakyat yang secara sistematis dibagi ke kantong strategis ke Jawa barat ( populasi kantong terbesar) dan di pesantren pesantren. Ketika di konfirmasi pihak tim 1 sering membalikkan pernyataan bahwa pihak ke dua yang menggulirkan demi simpati rakyat menjadi blunder bagi figur 1 karena secara terbalik tim figur ke 2 membuktikan siapa dibalik obor rakyat. Karena strategi tim tersebut secara langsung menganalogkan bahwa capres no 1 tegas , keras, dan berjuang dengan cara apapun untuk mendapatkan kekuasaan termasuk dengan berbohong. Karena strategi branding itu polanya biasanya segaris dengan aplikasi yang digunakan. ketika aplikasi salah maka penciptaan branding secara analog juga mengikuti contohnya tragedi taman dan es krim gratis surabaya. Jika orang makan es krim tersebut aka ia akan ingat taman yang rusak. Seharusnya tim 1 dengan kejadian tersebut harus membalikan keadaan bukan hanya menolak bahwa tim 1 tidak melakukan hal tersebut.
2. Dari segi kekuatan media, tim yang 1 mempunyai media yang kuat bila dibandingkan jumlah tim ke 2. Akan tetapi bila kita lihat di talkshow tim yang pertama terus menyerang tidak disertai pemdamping tim ke yang profesional. Sedangkan tv ke dua walau ia tetap membela tim ke 2 tapi biasanya masih disertai sumber yang dapat diterima secara logika. Mungkin tim 1 memiliki strategy menggiring opini tapi sekali lagi menjadi blunder sendiri ketika quick count berlangsung karena tim media 1 tidak mempertimbangkan media yang tidak berpihak manapun seperti RRI, TVRI bukankah mereka TV Pemerintah sedangkan incumbient masih condong ke suara tim 1. Sekali lagi ketidak jujuran langsung melekat pada calon 1.
3. Cara Kampanye dan pemilihan Kampanye.
Ketika gong kampanye dimulai tim ke 2 langsung menggebrak ke 2 wilayah sabang dan merauke sebagai lambang bahwa saat mereka ditampuk kepemimpinan, mereka akan memperhatikan seluruh indonesia, setelah itu dilanjutkan ke wilayah bencana seperti sinabung dan Lapindo sebagai lambang bahwa mereka akan hadir sebagai oase dikekeringan selanjutnya maraton perlahan-lahan mengumpulkan suara. Sebaliknya tim yang pertama saya lihat gebrakannya langsung mengumpulkan massa untuk menunjukan kekuatannya dan berkampanye di kantong suara yang memiliki populasi terbanyak dalam pemilihan seperti Jawa barat, palembang dll. Dan hal tersebut dibalas oleh tim yang ke 2 dengan mengumpulkan relawan sebagai lambang kekuatan mereka adalah rakyat. dan branding itupun terbentuk tim 1 tokoh capres sebagai sumber kekuatan sedang tim ke dua Rakyat adalah kekuatannya.
4. Koalisi
Yang ini diibaratkan oleh pengamat sebagai koalisi ramping dan koalisi gemuk. Andai saja tim 1 menyisakan 1 partai sebagai tandingan jadi ada 3 calon sebagai capres mungkin suara akan terbelah dan masih ada kemungkinan capres 1 untuk maju di pemilu 2 bukannkah grafik secara tren no 1 grafiknya naik pesat karena serangan yang masif ke tim 2.
4. Konsistensi
Jika yang ini tidak saya bahas ya karena anda yang menilai sendiri bagaimana konsistensi peryataan-pernyataan dan yang terlihat dari soal siapa yang curang, siapa itu yang "korupsi" siapa yang menyatakan musuh, kekerasan, memerima kekalahan, tunduk pada rakyat dll
saya percaya tim kedua capres adalah tim yang solid akan tetapi kadang -kadang kita tidak menyadari bahwa branding juga terbentuk dari aktifitas yang dilakukan
salam 3 jari untuk persatuan Indonesia
untuk Bapak Jokowi selamat Ya Jadi Presiden Indonesia
tetaplah jadi figur selama ini damai dihati, positif dan selamat berjuang untuk Indonesia
salam nove