Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Tua-tua Keladi

29 Oktober 2011   15:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:18 246 5
Minggu yang begitu cerah, terik panas matahari siang itu begitu menyengat kulit. Kulit yang tadinya putih dalam sekejab berubah jadi hitam kelam. Keringat pun mengalir mengucuri tubuh.

Aku berlari kecil menuju tempat pemberhentian teng-teng(Trem) yang berada tak jauh dari pasar Nort Point. Disana aku melihat antrian begitu panjang, dan orang-orang dengan sabar menunggu teng-teng datang. Aku pun ikut mengantri di belakang, mungkin hampir 15 menit aku menunggu dan tak berapa lama teng-teng pun datang, bergegaslah aku masuk ke dalam teng-teng tersebut, hawa panas dan pengap saat berada di dalam teng-teng membuat kepalaku pusing tujuh keliling, bau parfum yang seharusnya wangi berubah menjadi bau tape. Kecut!

Setibanya aku di Causeway Bay, dan saat aku turun dari teng-teng tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiriku, laki-laki itu berkulit sedikit putih kecoklatan, berkaca mata, memakai kaos oblong warna hitam yang bertuliskan “Armani” lalu ia menyapaku, di bukanya kaca mata yang mungkin mengganggu penglihatannya karena melihat gadis cantik seperti ku ini xixiixx.

“Hai, Indonesia?” Tanyanya dengan logat bahasa Melayunya.

“Hai, iya Indonesia” Jawabku singkat.

“Mau kemana Neng?”

“Biasa, mau nemui temen, bisa bahasa Indonesia juga ya?

Tanyaku heran.

“Aku orang Indonesia juga, tapi sudah lama tinggal di Singapura, keluargaku semua disana, aku disini karena kerjaan kok”

“O, gitu ya ”

“Boleh kenalan?” Tanya nya

“Tentu saja boleh”

“Aku Rendy, kamu?

“Panggil saja aku Cindy”

“Cindy, nama yang bagus”

“Hem, terima kasih”

Kami  pun berjalan beriringan, sambil ngobrol ngalor ngidul, ia pun bercerita bahwa ia di Hong Kong bekerja sebagai Manajer di sebuah toko mainan. Ia memperlihatkan kartu namanya, namun saat aku memintanya, dia bilang hanya ada satu.

Akhirnya kami pun saling tukar nomor hape selain no hape ia juga memberi tahuku akunFacebook dan YM nya, karena aku masih banyak urusan, terpaksa dia aku tinggal kan dan kami janjian ketemu minggu berikutnya.

Sebenarnya aku sudah agak curiga apa maksud dan tujuannya, bahwa ia hanya ingin merayu saja, dan itu terbukti saat ia menelponku tanpa basa basi ia mengajakku berpacaran, ia pun menjanjikan akan memebelikan apa saja yang aku inginkan.

Sabtu malam minggu ku telepon temen-temenku satu persatu, dan kami pun ngobrol conferenceIvana, Kine, Dira, dan Vita.

“gggrrrr!!!” Seketika mereka tertawa mendengar ceritaku bahwa aku mendapatka kenalan seorang cowok.

“Gila loe dari mana loe dapet gebetan?” Suara Ina terdengar seakan tak percaya.

“Alahhh..paling juga kungkung-kungkung(kakek-kakek) di taman victory” Sambung Kine.

“Eitt…,nggak lah yao enak aja, udah dech besok kita ketemuan, aku kenalin ama dia yach, bakalan pingsan kalian kalo liat dia”  Ungkapku seakan meyakinkan mereka bahwa Rendy adalah sesosok laki-laki yang smart and cool.

Minggu pun telah tiba, dengan dandanan yang biasa namun terlihat fresh, ku telepon Rendy kami janjian ketemuan di Mongkok.

Saat itu Aku, Ivana, Vita dan Dira sudah berada tak jauh dari MTR sengaja kami datang lebih awal, si Ivana centil semakin penasaran akan sosok Rendy.

“Mana sich, Cin kok belum datang juga”

“Tenang, sabar dung sebentar lagi juga datang”Jawabku

Begitulah Ivana, gadis centil ini selalu tak sabaran, tidak seperti Dira dan Vita mereka ikut menunggu Rendy sambil sesekali main game yang tersedia di Hp keren mereka.

Setelah 15 menit kami menunggu akhirnya Rendy pun menelponku.

“Hallo, Rendy aku sudah berada tak jauh dari MTR dan aku sudah melihatmu”

Aku melihat Rendy yang baru keluar dari MTR, seketika itu pula mata sahabat-sahabatku terbelalak melihat sosok Rendy

“My maaaaaa!!!” Celetuk Ivana, di lanjutkan dengan tawa kecil mereka.

“Busettttt..itu to Rendy mu Cin?”Kata Dira

“Aih aih om-om gitu alamakkkkkkk!” Tambah Vita yang juga termangu sambil mengernyitkan dahinya.

“Udah diem, keren kan klimis boooo…” Tanggap ku lirih.

“Hahahhahaha” Seperti paduan suara kami pun tertawa bersama.

Sesekali Dira mencubit lenganku, aku pun memperkenalkan temen-temen ku pada Rendy

Dia menawari kami makan siang, ya tadinya dia ingin makan berdua denganku saja tapi memang dengan sengaja ku ajak temen-teman bertemu dengannya. Aku melihat wajah Rendy kurang begitu senang alias bermuram durja. Mungkin saja dalam hatinya ingin sekali memukulku. hehehe

Akhirnya kami memilih Restauran yang tak jauh dari pasar Mongkok, tanpa di tawari kami memesan menu makanan yang lumayan mahal harganya.

Setelah beberapa menit kami makan, datanglah Kine, kami pun memesan satu kursi untuk Kine. Kulihat wajah Rendy yang dari tadi masih kusam namun aku biar kan saja dan cuek terhadapnya.

“Rasain loe” Dalam hatiku.

“Om Rendy kok diem aja, ayo makan dung” Kataku menawarkan makanan sambil menaruh makanan kedalam piring yang ada di depannya.

“Ya, ayo makan” Jawabnya singkat. Sesekali kami pun ngobrol, si Ivana centil inilah yang ku jadikan umpan yang sengaja aku suruh duduk disebelahnya..

“Om Rendy, om pantes dech ada jenggotnya” Ledekku.

“Masa ” Sambil tersenyum ia pun mengelus dagunya yang di tumbuhi bulu-bulu tipis itu.

“Iya, tapi kurang panjang Om, kalau panjang dikit pasti tambah keren dech”

“Masa sech” Rendy semakin GR, sambil sesekali mengelus dagunya dan tersenyum malu.

“Iya Om biar kayak embekkkk yang ada di sebelah rumah ku itu lo Om” Timpal Dira

Grgrggrgr…gelak tawa kami membuat bising restaurant itu.

Lagi lagi muka om Rendy cemberut, akhirnya aku pun minta maaf karena cuma bercanda.

“Sorry Om Rendy, cuma bercanda kok” Kataku agar Rendy tak ngambek lagi.

Setelah selesai makan, kami pun meninggalkan restaurant entah habis berapa dolar makanan yang kami pesan tadi, sepertinya memang mahal, tapi kami tak menghiraukan yang penting kami kenyang.xixixi..

“Om makasih ya, jangan sungkan-sungkan ngajak kami makan lagi”

Dan temen-temenpun serempak mengucapkan terima kasih, kami pun langsung meninggalkan Rendy sendirian di depan Restauran itu.

“Bye-bye om” Celetuk Ivana.

Dalam perjalanan meninggalkan Rendy kami pun cekikikan dan terutama aku karena sudah ngerjain Om-Om mata keranjang itu.

“Gila bener kamu yach, om-om gitu kamu bilang cakep”

Kata Kine

“Udah diem yang penting kita kenyaaanngggg” Kataku

Serempak kami pun tertawa bersama.

***

Satu bulan telah berlalu, saat itu aku yang sedang libur hari biasa sengaja datang ke Tsim Tsa Tsui sekedar jalan-jalan menghirup udara segar sore hari di pinggir pantai, tiba-tiba saja ada yang menepuk pundakku dari belakang.

“Hah om Rendy” Aku pun kaget di buatnya

“Makan lagi yuk”Ajak nya

“Ah nggak, makasih Om”

“Nggak usah takut, ayo ikut aku ke restaurant itu lo” Tangan Rendy menunjuk Restauran yang tak jauh dari pantai, akhirnya aku pun mengikutinya, aku penasaran ternyata bukan sebuah restaurant yang kami datangi namun sebuah hotel yang berada di sebelah Restauran itu, dengan berpura-pura sakit perut aku pamit ke toilet, namun bukan toilet yang aku tuju tapi lari ke pelabuhan, aku pun bergegas meninggalkannya, tetapi sepertinya dia sudah tahu bahwa aku akan lari, dari kejauhan kulihat dia mengikutiku, aku  berlari kecil menuju pelabuhan, ia masih mengikutiku hingga aku naik kapal pun dia juga masih mengikutiku sampai Wan Cai. Nafasku tersenggal-senggal tak beraturan, keringat dingin bercucuran karena saking takutnya. Setelah aku turun dari kapal lagi-lagi ia mengikutiku, aku semakin takut di buatnya karena saat itu aku lagi sendirian.

Ku berlari kecil dan ketika aku melihat ada segerombolan orang-orang aku pun masuk ke dalam gerombolan itu dan menghindar dari Om Rendy sampai akhirnya ku temukan MTR dan selamatlah aku. Hufff apesssss.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun