alangkah indahnya ketika melihat anak-anak bangsa penikmat sepakbola bersuka cita melihat tim Nasional Indonesia mengangkat Piala Turnamen baik di asia tenggara maupun benua asia, bahkan dunia. namun, hasrat itu butuh kerja keras semua pihak dengan mengutamakan kesatuan dan sikap profesionalisme yang tinggi.
bahkan, untuk menciptakan suasana liga yang baik dan menghibur antar klub-klub di Indonesia saja masih banyak yang harus dibenahi bersama, diantaranya adalah keuangan klub yang masih banyak kekurangan, infrastruktur stadion, seleksi pemain dan yang tidak kalah penting adalah suporter, karena suporter ibarat pemain ke-12 sebuah tim sepakbola. oleh karena itu semua pihak terkait harus dilibatkan untuk menciptakan sebuah kesatuan yang kuat dan utuh tanpa ada campur tangan "para mafia" sepakbola dibelakngnya.
sampai saat ini masih banyak berkeliaran mafia-mafia misterius yang menjadi penyakit akut ditubuh tim-tim sepakbola di Indonesia, dan sampai terjangkit ke Tim Nasional. intinya, kekalahan seperti hal yang biasa terjadi tanpa ada semangat dan evaluasi untuk merubahnya.
tuntutan masyarakat saat ini tertuju pada PSSI sebagai lembaga atau badan yang mengurus sepakbola Indonesia. Pemerintah pun tidak mau tinggal diam, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, pemerintah berusaha mengurai permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam sepakbola Indonesia. sehingga baru-baru ini Kemenpora membentuk Tim 9 untuk menyelidiki dan mengumpulkan bukti-bukti penyebab masalah semakin menurunnya prestasi sepakbola Indonesia.
wajar saja karena negara-negara di asia tenggara yang dulu berada dibawah peringkat Indonesia di peringkat FIFA, perlahan mulai berbenah dan mampu menyalip peringkat Indonesia di FIFA yang sampai saat ini masih berada ditingkat 150 an. sebuah pertanyaan besar muncul bagi penggila bola di negeri ini. kenapa mereka bisa berbenah?, Indonesia kapan?.
saat ini keberanian PSSI untuk terbuka dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sangat dinanti-nanti, bahkan oleh seluruh pihak terkait. hal tersebut agar tidak ada lagi istilah "level kita berada dibawah mereka" atau main kucing2an dalam internal PSSI.
masa keterbukaan informasi dan kemajuan teknologi saat ini, seharusnya kita sebagai negara yang berkembang juga bisa setara dengan negara-negara yang dulu berada diatas Indonesia. satu nilai plus lagi, dengan penduduk yang lebih banyak dari negara-negara di asia tenggara, seharusnya Indonesia memiliki kelebihan untuk pemain-pemain sepakbola berbakat. namun fakta membuktikan sendiri, penilaian masyarakat yang menyaksikan langsung kehebatan pemain tersebut, dinilai berbeda oleh pelatih dan pejabat sepakbola dinegeri ini.
kepedulian rakyat Indonesia terhadap sepakbola Indonesia tak pernah berhenti. perlahan tapi pasti, negeri ini akan menoreh prestasi, dengan semangat kerja tinggi dan kemauan untuk berbenah diri. tutup pintu Timnas untuk pemain asing, dan batasi pemakaian jasa pemain asing untuk tim-tim sepakbola dinegeri ini agar bakat-bakat terpendam anak negeri semakin lama semakin bagus untuk mengharumkan ibu pertiwi.