Politik di Kota dan Kabupaten Probolinggo menunjukkan fenomena menarik, di mana agama dan organisasi kemasyarakatan (ormas) berperan signifikan dalam menentukan arah kontestasi Pilkada. Di wilayah ini, yang mayoritas penduduknya religius dan kental dengan tradisi pesantren, agama tidak hanya menjadi landasan moral, tetapi juga senjata politik. Kandidat kepala daerah memanfaatkan sentimen keagamaan dan hubungan dengan ormas untuk memperkuat basis dukungan. Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apakah penggunaan agama dan ormas dalam politik memperkaya demokrasi atau justru berpotensi menciptakan polarisasi sosial?
KEMBALI KE ARTIKEL