Kurang lebih 152 tahun lalu, tepatnya pada 28 April 1859, pecah huru-hara terbesar di Kalimantan, yaitu Perang Banjar. Satu aspek yang luput atau minimal kurang terekspos pada tulisan-tulisan terdahulu tentang peristiwa tersebut adalah berkaitan dengan terdapatnya praktik ngayau dalam perang tersebut.