Yang menghabiskan malam, lebih lama dari siapa saja.
Dipuisikannya, segala yang larut hening, wangi bunga juga nikmat arak, ditiap katanya.
Tanpa kekasih,
dan ia pun mabuk sendirian
malam telah larut,
dilihatnya pintu kamar, seperti pintu dunia, yang selalu tertutup untuknya.
Atau barangkali pintu hatinyakah itu, yang selalu tertutup untuk dunia?
Lalu meracaulah ia,
seperti kepak burung gagak didedahan tinggi.
Didapatinya,
segala yang telah mati,
bergerak lambat,
menuju ingatan yang paling jauh.
Pisau-pisau rindu,
menghujami jantungnya.
Seperti kaki-kaki hujan, yang tak henti menginjaki kesepiannya dengan riang.
bahkan ada rasa sakit, melebihi sebuah kehilangan. Kerinduan, yang tak pernah mampu ia tanggalkan.
Kenangan, yang tak pernah mampu ia lepaskan dari ingatan.