Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Valia Rahma dan Ketidakadilan Infotainment

20 Februari 2012   07:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:26 3705 0

Siapa itu Valia Rahma? Ia merupakan lulusan TopGuest Aneka Yess tahun 1999 yang kemudian berkecimpung di dunia presenter dan sempat main di film “Hantu Jeruk Purut”. Valia tewas dalam kecelakaan sepeda motor di Bali pada 13 Januari 2012. Wajar saja bila banyak yang tidak mengenal sosoknya karena ia bukanlah artis yang angat populer. Sampai-sampai berita kematiannya pun hanya disajikan ala kadarnya dalam kurun waktu yang singkat. Saya hanya ingat menonton beritanya di acara Was-Was, itu pun secara kebetulan, setelah itu saya tak ingat adalah berita serupa di infotainment lainnya.

Bandingkan dengan Ade Namnung, yang kematiannya diberitakan besar-besaran, sampai-sampai rekan-rekannya sesama pelawak berkumpul dalam sebuah acara TV, membicarakan semua kebaikan Ade Namnung sampai berurai air mata. Sebagai sentuhan terakhir, mereka bersama-sama menyanyikan lagu “Angel”-nya Sarah McLachlan secara akustik. Semua itu mereka lakukan dalam rangka penghormatan terhadap almarhum Ade. Wajar saja, jalur yang digeluti Ade Namnung adalah jalur komedi (lawak), yang memang sedang mendominasi pertelevisian kita saat ini, sehingga namanya pun cukup dikenal.

Lalu, tak sampai berselang seminggu, datang lagi berita duka, kali ini bukan dari tanah air, melainkan dari negeri Paman Sam sana. Whitney Houston. Ya, siapa yang tidak mengenal sosok diva yang dijuluki sebagai “The Voice” ini? Saya pribadi menyukai beberapa lagunya. Wajar saja berita kematiannya langsung menjangkit seluruh dunia dalam hitungan jam, mengingat beliau adalah tokoh besar, khususnya dalam industri musik dunia. Prestasi terbesarnya adalah memperdengarkan lagu “I Will Always Love You” ke ranah publik yang lebih luas, setelah sebelumnya kurang sukses dibawakan oleh penyanyi aslinya, Dolly Parton.

Infotainment kita pun tak mau ketinggalan “latah” mengupdate berita kematian sang diva ini. Mulai dari menampilkan profil lengkapnya, kronologis hidupnya, perjalanan kariernya, memutar video-video penampilan panggungnya (yang kebanyakan mereka comot begitu saja dari YouTube tanpa menyertakan nama videonya), sampai detik ini memperlihatkan liputan pemakamannya.

Padahal seingat saya hanya Insert-lah satu-satunya infotainment yang biasa menyajikan berita mancanegara, karena mereka memegang lisensi VOA. Ketika infotainment sebelah sibuk mengekspos kelanjutan hubungan Olga-Jessica, Insert tampil beda dengan menampilkan juga berita dari Lady Gaga, Katy Perry, Marc Anthony, Jennifer Lopez, dan lain-lain, meskipun dalam kadar yang sangat minimalis. Tapi bandingkan ketika Whitney Houston wafat. Tidak cuma Insert, tapi nyaris seluruh infotainment kita rebutan memberitakannya secara intens.

Apakah yang mereka lakukan adalah suatu bentuk penghormatan? Entahlah, tapi saya hanya beberapa yang murni melakukan tribute terhadap sang diva. Sisanya hanya semata-mata mengejar berita pasar. Informasi tentang almh. Whitney yang mereka ulas pun, saya yakin, kebanyakan adalah ulasan yang dicopas dari internet, seperti halnya video-video yang mereka putarkan (koreksi saya kalau salah).

Bandingkan dengan berita kematian Valia Rahma yang nyaris tanpa gema. Seolah para pemburu berita itu tak peduli. Toh dia “bukan siapa-siapa” di industri hiburan kita. Cuma presenter dan bintang film mantan model. Kematiannya bukan hal yang sangat penting. Begitu mungkin kurang lebih yang ada di kepala mereka.

Kematian Whitney Houston tragis, itu memang benar adanya. Tapi saya rasa kematian Valia masih lebih tragis. Jangan lupa, Whitney Houston wafat karena pengaruh obat-obatan terlarang (overdosis). Kasarnya mah, ia meninggal karena ulahnya sendiri, meski ia sendiri tak menginginkannya. Mohon jangan dianggap sebagai ucapan yang mengecilkan arti kematiannya, karena saya juga termasuk fansnya. Sementara Valia Rahma, meninggal dalam keadaan sehat walafiat tanpa berfirasat apa-apa.

Tapi saya rasa kita semua sudah hafal bagaimana sifat infotainment kita. Mereka terlalu terjebak pada selera pasar, tak ubahnya para produser major label yang suka mengorbitkan musisi-musisi yang cuma modal tampang. Sejauh ini, pernahkan Anda melihat kabar mengenai The S.I.G.I.T, Rio Silaen & The Voice of Indonesia, Reza Ningtyas Lindh, Olive Latuputty, Meaghan Henry, koki Michelle Wibowo, serta para tokoh independen lain khususnya mereka yang berprestasi di kancah internasional? Tidak, yang selalu kita jumpai di layar kaca adalah berita tentang perkembangan hubungan Olga-Jessica, berita putusnya Raffi-Yuni, rumah tangga Daus Mini, boyband dan girlband, dan berita lain yang sebenarnya tidak membawa manfaat apa-apa, bahkan bagi fans mereka sekalipun. Beberapa dari mereka juga terkesan rasis, tidak membumi, bahkan sangat subjektif. Mana pernah KISS memberitakan artis-artis Indonesian Idol? Juga ketika salah satu presenter mengajak kita semua untuk “berpikir dewasa” dan menganggap kasus video Ariel-Luna sebagai sesuatu yang lumrah dan tak perlu dibesar-besarkan. Ini jelas sangat subjektif dan terkesan menggiring opini publik.

Saya sama sekali tidak bermaksud mengimbau para pemburu berita agar memberitakan kematian Valia secara besar-besaran, tapi paling tidak tunjukkanlah sedikit kepedulian dan penghormatan kalian terhadap publik figur kita yang bagaimana pun satu kewarganegaraan dengan kita, meskipun dia bukan tokoh yang sangat tenar. Paling tidak, kalian buat kilas balik mengenai sosok Valia Rahma agar pemirsa di rumah ikut bersimpati terhadapnya.

Terserahlah bila kalian tetap bersikukuh menyajikan berita-berita “seperti itu”, karena saya tahu pekerjaan membutuhkan profesionalitas, yang berorientasi pada komersialitas dan keuntungan (baca: duit). TAPI MASA SIH DALAM MEMBERITAKAN KEMATIAN SESEORANG SAJA KALIAN JUGA HARUS DISKRIMINATIF (PILIH-PILIH)? DI MANA RASA SIMPATI DAN KEMANUSIAAN KALIAN?

R.I.P. Whitney Houston

R.I.P. Valia Rahma

R.I.P. Ade Namnung

Semoga jiwa mereka tenang di alam yang abadi, amin….

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun