Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

K e b a b l a s a n

20 Januari 2011   09:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:22 1023 1

K e b a b l a s a n

“ Aku hamil Mas Jok…” isak Ratmi.

“Trus, apa karepmu* mu ? “ sentak Joko geram

“Ini anak kamu…, aku ingin kita menikah! Aku ndak mau ini jadi anak haram…”

“Euenak banget! Trus istriku mau di kemanain? Aku nggak yakin anak di perut kamu itu adalah darah daging aku…”

Ratmi tambah mewek* …”Iyo aku memang bukan gadis baik-baik, tapi sumpah aku sudah gak man sama siapa-siapa selain kamu…”

“ Wah, aku tetap gak percaya karena kamu itu memang hobby gonta-ganti lanangan*, giliran kamu hamil aku yang kamu tunjuk tanggung jawab…nggak bisa!” Joko marah-marah.

Sebenarnya dalam hati terdalam Joko resah kalau-kalau itu memang darah dagingnya, tapi Joko takut! Takut dengan status yang sekarang di sandangnnya berubah 180 derajat. Bagaimana tidak? Orang tua Joko di kenal panutan masyarakat, dia sendiri sarjana yang baru 1 tahun ini menikmati jadi pegawai negeri. Lha ada aturannya tho, kalau pegawai negeri tidak boleh mempunyai istri lebih dari 1 ? bisa-bisa dipecat.

Wening istrinya dan si-gendukmau dikasih makan apa? Kalau tiba-tiba dirinya dipecat ? dipecat tanpa hormat lagi! Duh…

“Jadi kamu nggak mau bertanggung jawab sama perbuatan kita…” parau Ratmi memohon.

“Ya jelas ra sudi! * kamu kira aku lelaki bodoh, aku sudah punya istri dan anak, trus kamu harus tahu peraturan kantor ? Tidak diijinkan punya lebih 1 istri, kamu mau enak nya saja minta di kawin…yang ada aku dipecat…, sudah sekarang kamu nurut aku saja..” Joko diam sesaat, jidatnya berkerut-kerut, hatinya gundah gulana, takut kalau ada yang tahu masalah ini.

“Kita ke tukang urut saja, aku tahu ada dukun urut yang biasa ngurut perut buat ngeluarin bayi…” bujuk Joko.

“ Di gugurin ? aku takut Mas…tapi aku juga takut aib kita di ketahui orang-orang kampung…” ucap Ratmi.

“Makanya kita cari amannya saja ya, … percaya! Aku tidak akan meninggal kan kamu malah sebaliknya aku akan tambah sayang kalau kamu nurut aku…” rayu Joko.

Ratmi antara takut dan bingung, ngangguk-ngangguk saja menuruti kemauan Joko.

****

Sore dari pulang kerja, Joko langsung nyambangin Ratmi di jembatan biasa kencan, trus werrr mobilnya melaju ke suatu perkampungan.

“ Jadi Nyai…saya minta dibuang saja kandungan nya si Ratmi, kita belum siap…masalah pembayaran saya yang tanggung semua “ kata Joko kepada Nyai Lipas yang dia kenal mahir ngurut buang bayi.

“Yo yo yo, tapi Mas opo sampeyan* tidak sayang...” sambil menatap Ratmi yang cuma diam membisu.

“ Nggak Nyai…kita tidak berani ambil resikonya…” kata Joko.

“Ladalah ….pie tho bocah sekarang kok pada seneng keblabasan…ya sudah sini Nduk…kamu tak pijit yo…” kata Nyai Lipas.

Ratmi menurut aja ketika Nyai Lipas mulai pelan-pelan tapi pasti mengurut-urut perutnya, pelan-pelan…keringatnya mulai menetes demikian juga Nyai Lipas…sreet sretttt…..darah segar terus mengucur dari 2 paha Ratmi.

Dan tiba-tiba Nyai Lipas ketakutan…” Lho kok banyak banget yang keluar…Mas Joko…Mas Joko…kita harus bawa Ratmi ke Rumah Sakit…saya nggak sanggup menghentikan darahnya…terlalu banyak…” Nyai Lipas teriak ketakutan.

“Lha pie tho…memang bisanya nggak gini tho…” Joko mulai panik, apalagi Ratmi sudah seperti mayat …pucat…

Tanpa banyak kata Joko langsung membopong tubuh Ratmi dan dilarikan ke RS terdekat. Langsung di pasang infus dan transfusi darah.

Tidak berapa lama mamake* dan bapake*Ratmi datang terseok-seok. Dua orang tua yang semakin renta di makan usia, datang berurai air mata.

“ Mak, Ratmi minta ampun…” dengan nada lirih. Tubuhnya lemah tidak berdaya, rasanya seperti habis darahnya tersedot. Barang kali jika terlambat barang satu menit dia sudah tidak bisa meminta ampun kepada mamake dan bapake.

“Ratmi…Ratmi kok kamu nekat nggugurake anakmu…kok tega …iku dosa …” mamake Ratmi mrebes mili *.

Sementara bapake Ratmi sudah emosi, melihat Joko tanpa ampun dihajar, kalau saja petugas Rumah sakit tidak memegangi mungkin Joko juga bakalan di rawat juga.

“Pokoknya kamu harus tanggung jawab, Ratmi itu anak ku yang paling aku sayangi, anak bontot sing tak gadhang-gadhang, kok kamu rusak!!” murka bapake Ratmi.

“ Saya cuma membantu Ratmi Pak, bukan cuma saya yang meniduri Ratmi…” bela Joko sambil meringis.

“Nggak mungkin! Anakku Ratmi nggak sekotor yang kamu tuduhkan! “ berang, tangan sudah terkepal untuk meninju wajah Joko sekian kali.

“Pokoknya aku minta tanggung jawab kamu, dan orang tua mu harus mengawinkan kamu dengan Ratmi…”

“Saya tidak mau! saya sudah berkeluarga, lagi pula tugas saya sudah selesai…Ratmi sudah kehilangan anaknya!”teriak Joko.


****

Hampir 1 minggu Ratmi dirawat di Rumah sakit untuk pemulihan, dan sebagai orang tua bapake dan mamake Ratmi bertandang ke orang tua Joko. Ternyata setali tiga uang, ke dua orang tua Joko melindungi anak dan mantunya, tentu saja mereka menyangkal semua.

Apalagi Wening istri Joko tidak mau di madu! Joko tetap tidak mau bertanggung jawab dan tidak mau mengakui semua perbuatannya.

Bapake dan mamake Ratmi sangat malu, masyarakat mencibir mereka, apalagi Ratmi dijuluki perempuan nakal.

Sempat Bapake Ratmi sakit, karena menahan malu. Rasanya bagi seorang bapak sudah tidak ada harganya, terutama Ratmi anak bungsu yang disayangi tidak berani keluar rumah.

“Apapun caranya aku akan balas perbuatan si Joko…” janji bapake Ratmi.

*****

Joko tidak menyangka, peristiwa kehamilan Ratmi jadi wabah pergunjingan dimana-mana.

Ternyata apa yang dia takutkan terjadi juga, pihak kantornya memutuskan untuk melakukan mediasi hingga akhirnya Surat Pemutusan Keja alias PHK tanpa hormat! turun.

Joko tidak menyangka Bapake Ratmi melaporkan perbuatannya ke kantor.

Orang tua bodoh dan miskin yang tidak mungkin punya nyali! Anggap Joko ternyata salah besar.

Dia tidak menyangka bapake ratmi bisa menghancurkan karir dan keluarganya.

Wening dan anaknya akhirnya meninggalkan dia, karena Wening yakin kalau Joko memang laki-laki yang menghamili Ratmi, seorang suami yang sudah berselingkuh! dan Wening tidak bisa terima lagi, walau bapak dan ibu mertuanya menahan dia untuk tetap mendampingi Joko.

Martabat sebagai istri sudah di injak-injak, tidak ada yang perlu di pertahankan.

Wening memutuskan membawa putrinya kembali ke orang tuanya, sambil mengajukan proses cerai.

****

Sementara di suatu sore, sepasang mata yang semakin tua di antara kepulan rokok linthingnya kepuasan terpancar di wajahnya. Puas sudah tercapai menghancurkan karir dan memisahkan Joko dari stri anaknya, yang dianggap sebanding dengan kehancuran yang telah dialami Ratmi, anak bontot yang dikasihi. Biarlah sekalian hancur semuanya, jangan hanya anakku…piker sang bapak tua.


‘Purbalingga, kisah 14 thn laluseorang Ratmi….’


Note Kosa-kata:

Karepmu = keinginanmu

Mewek = nangis

Lanangan = laki-laki

Ra sudi = tidak mau

Sampeyan = kamu

mamake* dan bapake*= ibu dan bapak

mrebes mili= menangis

anak bontot sing tak gadhang-gadhang = anak bungsu yang diharap-harap

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun