Membaca postingan kawan kawan senasib sepenanggungan tentang rasanya menjalani Ramadhan jauh dari Banua. Ada yang kehilangan momen ngabuburit wadai (red: kue) khas Banjar yang jarang ada di luar bulan Ramadhan. Ada yang kehilangan kesempatan bercengkerama dengan keluarga tercinta di kampung halaman. Ada pula yang merasai bagaimana ceramah agama usai tarawih yang disampaikan dalam bahasa daerah dimana dia merantau yang sebagian besar kalimatnya tidak dapat dia pahami.
KEMBALI KE ARTIKEL