Wah, gawat! Hampir jam tujuh pagi. Sebentar lagi gerbang sekolah ditutup. Tiada ampun bagi yang terlambat. Murid yang terlambat harus berlari sepuluh putaran mengelilingi lapangan olah raga di halaman belakang yang lumayan luas. Aku pernah mengalaminya sekali. Pegal di kaki sih tak masalah, tapi rasa malu yang kudapat sampai kini masih membekas. Waktu itu aku sempat terjatuh, rok sekolahku tersingkap. Alamaaak, sorak-sorai anak-anak yang menonton dari balik jendela kelas begitu riuh rendah. Tak henti-henti. Aku kapok!