Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Langkah Pertama di Amerika

8 Agustus 2010   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:13 266 0
Sesuai rencana, saya akan menurunkan tulisan berseri mengenai perjalanan ke Amerika Serikat. Judul-judul tulisan yang termasuk serial ini akan ditulis di halaman ini. Oleh-olehnya mana? Namanya juga blogger, ya oleh-olehnya tulisan dan foto-foto dong.. :mrgreen:

***

I will publish several posts about our trip to United States. As you may know, I’ve stayed there for three weeks to participate in International Visitor Leadership Program. I’m going to write all of the posts in Indonesian language/Bahasa. So, for my American fellows, in case you want to read the posts I suggest you to use online translator such as Google Translate or ToggleText. Of course, none of them can provide the actual translation, but still worth to try. :mrgreen: This page will be updated regularly by adding the title of all the posts related to the trip.

***

Langit biru cerah ketika kami berempat menjejak Dulles International Airport, Virginia untuk pertama kalinya pada sore itu. Cuaca cerah begitu menimbulkan perasaan familiar. Ya cuaca musim panas di Washington DC dan sekitarnya nggak berbeda jauh dengan Bogor – Jakarta, tempat tinggal saya. Tapi tetap saja pemandangan baru yang saya lihat di sekeliling menyadarkan saya: we’re in United States!

Rasanya capek setelah penerbangan >23 jam dari Jakarta lenyap seketika. Untuk mencapai titik sini saja, kami (kecuali Putra) sempat transit di dua negara: Korea Selatan dan Jepang. Lalu di depan saya terbentang ibukota Amerika Serikat, kesempatan untuk menjelajahinya dan saling belajar dengan masyarakatnya walaupun hanya tiga minggu saja. Rasa senangnya nggak tergambarkan. Sejak kecil bercita-cita ke AS lalu tiba-tiba mendapat kesempatan untuk mengunjunginya (dan berulangtahun di sana pula!). Best birthday prize ever!

Setelah pesawat benar-benar mendarat, saya, Bang Enda Nasution & Mbak Rita Uli segera bergabung dengan Putra yang duduknya di pesawat terpisah jauh dari kami. Waktu itu kami sama-sama nggak banyak berbicara. Untuk kasus saya, mungkin saking nggak percayanya bisa ke sana jadi ingin merekam sebanyak-banyaknya pengalaman visual tentang AS untuk pertama kalinya.

Setelah menyambung perjalanan menggunakan shuttle bus yang bentuk depannya lucu, tujuan pertama kali adalah imigrasi. Beberapa minggu sebelum pergi ke AS, Mas Hedi sudah mengingatkan kepastian menghadapi antrian yang panjaaaang di imigrasi bandara Dulles. Dan dia benar. Perlu lebih dari 45 menit untuk kami tiba dari ujung antrian sampai ke petugas wawancara di imigrasi Dulles. Pertanyaannya standar (asal, tujuan, berapa lama tinggal di AS dan pekerjaan) yang tentu saja jawabannya sudah saya hapalkan sejak di Indonesia. Just in case.. hahaha!

Namun Bang Enda & Putra rupanya tidak seberuntung saya dan Mbak Rita dalam melewati pintu imigrasi. Eh atau malah beruntung karena pengalamannya beda? :p Entah kenapa mereka harus melewati secondary interview bersama dengan banyak lelaki lainnya.

Lebih dari setengah jam kemudian, kami berkumpul kembali untuk bersama keluar dari bandara dan bertemu dengan penjemput kami. Serge, New Yorker yang ramah itu menjadi English Language Officer kami selama program berlangsung dan menjadi teman kami seterusnya. Keluar dari bandara, barulah kami menghirup udara dan merasakan suhu DC yang saat itu sekitar 30° C.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun