Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Membedah “Bright and Green” Di Industri Hulu Migas Kita

16 Maret 2015   10:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:35 226 0

Minyak dan gas harus menjadi rahmat, bukan masalah bagi negara kita.” (Jusuf Kalla)

Kalau membincang soal minyak dan gas (Migas), kerap terbersit kisah muram nan pilu, seperti yang terjadi di Nigeria, manakala lingkungan luluh lantak oleh pengelolaan yang tak ramah atau kisah perang di Irak atau Iran sana. Adakalanya kekayaan justru menjadi sebuah bencana bagi sebuah negeri, manakala tak dikelola secara bijak bestari.

Nusantara yang kekayaan alamnya telah terkenal sejak lama, hingga mengundang negara-negara manca untuk bekerjasama bahkan ada yang memaksa jadi penjajah. Tak terkecuali kekayaan minyak dan gas kita. Kandungan minyak dan gas kita termasuk yang terbesar di dunia, meski angka produksi minyak dan gas kita bukanlah yang tertinggi di dunia.

Lantas bagaimana seharusnya kita sebagai bangsa menjaga kekayaan tersebut sebagai rahmat bukan laknat ? Sektor hulu migas kita menjadi semacam garda depan industri migas tanah air. Industri hulu (upstream) migas meliputi dua proses utama, eksplorasi dan produksi.

Dua fase yang vital tersebut menjadi pondasi industri migas kita. Kalau industri hulu migas ini tidak dikelola dengan professional dan amanah, alamat bencana datang melanda. Mari kita lihat saja peta wilayah kerja industri hulu migas kita.

Dari 300 lebih wilayah kerja industri hulu migas kita yang tersebar di seluruh nusantara. Tentu memberi dampak secara langsung bagi kehidupan masyarakat dan juga dampak bagi kondisi lingkungan hidup di sekitar lokasi industri.

Bright and Green : Sebuah Gagasan

Lantas bagaimana industri hulu migas kita mampu memberi manfaat bagi masyarakat sekaligus mampu memelihara kondisi ekologis. Lantas benarkah asumsi atau opini yang berkembang selama ini bahwa industri pertambangan adalah industri yang abai akan masyarakat dan tak peduli pada lingkungan ? Begitu juga kah di industri hulu migas kita ? Tentu tidak bisa dijawab begitu saja, butuh sebuah penjelasan yang memadai sebelum kita memutuskan jawaban dari pertanyaan tersebut ?

Pada tahun 2012 dan 2013, dana yang direalisasikan untuk program kemasyarakatan termasuk program konservasi mendekati angka setengah triliun. Sungguh angka yang fantastis. Jika dikelola secara amanah dan tepat sasaran dan tepat program, kemanfaatan yang diberikan akan sangat besar. Hanya saja perincian detail dari penggunaan dana kemasyarakatan ini tidak terpublikasikan dengan baik. Apakah angka mendekati setengah triliun pada tahun 2013 itu, termasuk anggaran untuk renumerasi pelaksana kegiatan community development yang biasanya dijalankan pihak ketiga. Apa angka itu juga termasuk biaya yang dikeluarkan untuk biaya mengatasi keadaan krisis operasional, misalnya kebakaran. Jika ada penjelasan lebih detail tentu publik bisa menilai lebih dalam lagi mengenai komitmen industri hulu migas kita.

Di luar dari hal tersebut, jika melihat besaran angka realisasi anggaran, paling tidak ini bentuk implementasi yang sungguh-sungguh dari industri hulu migas kita. Realisasi program tentu membutuhkan dukungan pendanaan yang memadai, dan hal ini nampaknya ditunjukkan oleh industri hulu migas kita. Lihat saja tiap tahunnya terjadi peningkatan realisasi anggaran.

Pada level selanjutnya tinggal melihat bagaimana monitoring dan evaluai (monev) dari program-program kemasyarakatan dan konservasi yang telah didanai oleh sektor hulu migas kita. Proses monev yang independen dan berintegritas harus dilakukan dan hasilnya juga harus bisa dilihat secara terbuka.

Bright and Green : Sebuah Pencapaian

Dalam konteks evaluasi tersebut, sebenarnya ada sebuah standar penilaian yang dibuat kementerian lingkungan hidup yang sekarang menjadi departemen kehutanan dan lingkungan hidup. Evaluasi tersebut dikenal dengan nama PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan). Melalui PROPER maka perusahaan akan digolongkan dalam lima peringkat, yaitu ;

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun