Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

29 Taipan Kuasai 5 Juta Hektar Tanah Air

26 Februari 2019   17:19 Diperbarui: 26 Februari 2019   18:54 595 0
Kemudian ada pula Grup Anglo-Eastern (Lim Siew Kim, Malaysia), Austindo (George Tahija), Bakrie  (Aburizal Bakrie), BW Plantation-Rajawali (Peter Sondakh), Darmex Agro (Surya Darmadi), DSN (TP Rachmat dan Benny Subianto), Gozco (Tjandra Gozali), Harita (Lim Hariyanto Sarwono), IOI (Lee Shin Cheng, Malaysia), Kencana Agri (Henry Maknawi), Musim Mas (Bachtiar Karim), Sungai Budi (Widarto dan Santosa Winata), Tanjung Lingga (Abdul Rasyid), Tiga Pilar Sejahtera (Priyo Hadi, Stefanus Joko, dan Budhi Istanto), dan Triputra (TP Rachmat dan Benny Subianto).

Di antara mereka, kelompok perusahaan yang paling besar memiliki lahan sawit adalah Grup Sinar Mas, Grup Salim, Grup Jardine Matheson, Grup Wilmar, dan Grup Surya Dumai.

Mengutip hasil riset yang dipublikasikan lembaga nirlaba Transformasi Untuk Keadilan Indonesia alias TuK Indonesia, ke-25 kelompok perusahaan ini menguasai sekitar 62% lahan sawit di Kalimantan (terluas di Kalimantan Barat, diikuti Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur). Kemudian 32% di Sumatera (terluas di Riau diikuti Sumatera Selatan), 4% di Sulawesi, dan 2% di Papua.

Meskipun kebanyakan perusahaan (21 dari 25) dimaksud telah terdaftar di bursa saham, hal ini tidak berarti bahwa perusahaan-perusahaan ini benar-benar milik public, dalam arti bahwa kepemilikan mereka tersebar di sejumlah besar investor swasta dan kelembagaan. Analisis struktur kepemilikan perusahaan induk kelapa sawit dalam kajian ini menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan ini sebenarnya dikendalikan oleh taipan dan keluarga mereka -- bisa satu atau beberapa orang per perusahaan.

Taipan tersebut belum tentu memiliki saham mayoritas, tetapi mereka selalu memiliki saham terbesar yang memberikan mereka kemampuan untuk mengendalikan manajemen dan strategi perusahaan. Dalam banyak kasus kepemilikan saham ini dikelola melalui perusahaan induk di negara yang ramah pajak.

Kekayaan 29 konglomerat yang terkait dengan bisnis kelapa sawit di Indonesia diperkirakan setara dengan 67% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang sebesar Rp2.080 triliun. Total kekayaan 29 taipan tersebut tercatat mencapai US$88 miliar setara Rp1.241 (kurs Rp14.112 per dolar AS).

Mega Subsidi

Pemerintah sendiri tampaknya sangat menganakemaskan sektor yang satu ini. Terbukti dengan besarnya jumlah subsidi yang dikucurkan. Lima perusahaan sawit berskala besar mendapatkan subsidi dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan total mencapai Rp7,5 triliun sepanjang Januari---September 2017.

Lima perusahaan sawit itu terdiri dari Wilmar Group, Darmex Agro Group, Musim Mas, First Resources, dan Louis Dreyfus Company (LDC). Wilmar Group mendapatkan nilai subsidi terbesar, yakni Rp4,16 triliun. Padahal, setoran yang diberikan Wilmar Group hanya senilai Rp1,32 triliun.

Nilai subsidi untuk perusahaan sawit lainnya adalah Darmex Agro Group (Rp915 miliar) dengan setoran Rp27,58 miliar; Musim Mas (Rp1,54 triliun) dengan setoran Rp1,11 triliun; First Resources (Rp479 miliar) dengan setoran Rp86,95 miliar; dan LDC (Rp410 miliar) sebesar Rp100,30 miliar.

Dengan demikian terdapat selisih relatif besar untuk para konglomerat sawit tersebut. Ini terdiri dari Rp2,84 triliun (Wilmar Group); Darmex (Rp887,64 miliar); Musim Mas (Rp421,56 miliar); First Resources (Rp392,61 miliar) dan LDC (Rp309,83 miliar).

Jika pemerintah Jokowi mewacanakan pembagian lahan bagi rakyat, sudah sepatutnya pula ijin HGU dari jutaan hektar tanah yang dikelola perusahaan taipan itu tidak diperpanjang. Mengingat besarnya kontribusi komoditas sawit, serta perlakuan istimewa pemerintah pada industri sawit berskala besar, apakah Jokowi bernyali?


Acuan

Buku Saku Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia

Lima Konglomerat Sawit Disuntik Subsidi Mega Rp75 Triliun

Kekayaan 29 Taipan Sawit Setara 41% APBN 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun