Nyabuk gunung berasal dari kata nyabuk yang dalam bahasa jawa artinya mengikat. Dari arti ini nyabuk dalam istilah nyabuk gunung dapat diartikan memberi ikat pada pegunungan jadi mengikat gunung agar terhindar dari longsor dapat diartikan juga dengan cara bercocok tanam yang dilakukan dengan membuat seperti terasering untuk menanggulangi longsor. Tradisi tradisional ini dilakukan turun temurun oleh masyarakat pegunungan. Dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dari keberlanjutan tradisi nyabuk gunung dapat di uraikan.
Aspek lingkungan dalam tradisi nyabuk gunung mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan hutan. Dengan merawat lingkungan sekitar gunung masyarakat dapat memperkuat keberlangsungan ekosistem yang beragam. Serta dapat menanggulangi terjadinya tanah longsor karena pohon yang ditanam dapat menghambat erosi yang terjadi di daerah pegunungan. Tradisi ini membantu melindungi sumber daya air yang tersedia bagi kehidupan masyarakat setempat dan di daerah sekitarnya. Nyabuk gunung juga dapat menambah pengetahuan tradisional tentang keberlanjutan lingkungan dari generasi ke generasi. Pentingnya menjaga alam secara langsung dari pengalaman yang dilakukan dalam tradisi nyabuk gunung.
Aspek sosial dari nyabuk gunung dapat menjadi hubungan sosial antar masyarakat diperkuat dari kebersamaan yang terjalin saat melakukan tradisi serta kebersamaan tetap terjaga. Proses pelaksanaannya dalam tradisi ini juga dapat menjadi kesepakatan bagi masyarakat untuk saling berbagi cerita pengalaman dan pengetahuan.
Aspek ekonomi dalam tradisi nyabuk gunung dapat menjadi daya tarik wisatawan karena tradisi ini dapat membuat lingkungan yang sangat bagus dengan menyuguhkan pemandangan berundak udak dari penanaman nyabuk gunung. Masyarakat juga dapat terlibat dalam ekowisata yang ada. Dengan memerhatikan aspek aspek yang ada keberlanjutan tradisi nyabuk gunung dapat mendukung kesejahteraan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan.