Pagi itu, kabut turun perlahan, menyelimuti Bukit Mediterania di Samarinda. Udara terasa sejuk, bercampur dengan aroma tanah basah bekas hujan semalam. Dari ketinggian, Samarinda terlihat seperti kanvas yang penuh warna, samar-samar ditutupi tirai tipis. Kabut ini mengingatkanku pada tempat asal, Bandung, kota asal yang selalu berdenyut dalam hatiku, dan Citorék, Lebak, "negeri di atas awan" yang menyimpan keindahan yang serupa. Rasanya, meski ratusan kilometer memisahkan, kabut ini menjadi benang halus yang menjembatani jarak, menghadirkan rasa dekat yang tak pernah benar-benar pergi.
KEMBALI KE ARTIKEL