Sejarah tidak pernah mencatat sebuah perang besar tanpa menyebutkan bagaimana ambisi pribadi dan kesalahan diplomasi menjadi api yang menyulutnya. Pada awal abad ke-20, Eropa adalah sebuah medan yang sarat dengan ketegangan. Dua aliansi besar, Triple Alliance dan Triple Entente, telah membagi benua itu menjadi dua kubu yang saling mencurigai. Dalam kondisi seperti itu, hanya diperlukan satu percikan untuk meledakkan konflik. Percikan itu datang dari Bosnia, ketika Putra Mahkota Austria-Hungaria, Franz Ferdinand, terbunuh oleh seorang nasionalis Serbia, Gavrilo Princip. Princip, yang merupakan anggota kelompok revolusioner "Muda Bosnia," dipengaruhi oleh ideologi nasionalisme Serbia. Ia dan kelompoknya bermimpi memerdekakan wilayah-wilayah Balkan dari kendali Austria-Hungaria untuk menciptakan "Yugoslavia" yang bersatu. Pembunuhan ini menjadi manifestasi dari ketegangan politik dan etnis di Balkan, serta simbol perlawanan terhadap dominasi kekaisaran Austria-Hungaria.
KEMBALI KE ARTIKEL