Menumpang truk pasir ,rajutan mimpi dari benang empat sekawan segera akan menjadi nyata---Sekiranya itu hasil buah pikiran mereka
" apa yang akan kau lakukan setelah terkenal,kar. "
Bola liar berupa pertanyaan tak diduga melesat untuk karsa yang asik dengan dua bantang tongkat kayu kecil---sudah dikupas halus---Yang ia pukul-pukulkan pada angin.
Serupa kepunyaan tetangganya.
" aku bakal membeli peralatan drum paling mahal dan semua hal yang tak bisa kubeli selama hidup ini, kalau kau sendiri? "
Tangan dengan tongkat itu masih pada posisinya, Â ketika melesatkan kembali bola pertanyaan dari gilang .
Sedangkan yang diberikan pertanyaan mencari-cari jawaban. Gilang memetik pelan ukulelenya, seakan jawaban ada pada melodi yang dia buat.
Walaupun senar hanya tinggal tiga---satunya dia putuskan ketika cintanya berakhir---namun tak membuat melodi itu terluka. Â Masih sama indahnya meski tak lengkap.
Gilang menarik nafas panjang,dengannya petikan itu juga berhenti.
" akan aku pacari semua wanita, buat mereka yang putus dengan ku menyesal, akan ku beli semua gitar mahal didunia, Â akan ku buat rumah mewah---istana jika perlu,akan ku beli mobil ,motor , sapi, domba, kambing, babi ,dan, ... ."
" sudah cukup, Â tarik dulu nafas kau, yang ada keburu m*ti sebelum semua yang kau sebut itu terwujud. "
Potong karsa, mentertawakan gilang dengan wajahnya hitam merah, sudah sepeti cumi dibakar.
Nafasnya juga sudah tidak berpola, kiranya sedetik lagi habis kalau ia teruskan.
" jika pinta mu sebanyak itu, aku rasa tuhan akan malas untuk mengabulkannya, "
Sambung karsa melepas tawa yang tak tahan kiranya dia simpan lagi, Â sampai pipi tebal miliknya menelan kedua bola mata sipit kebanggan---ciri dia dari tanah seberang---dan menampakkan gigi kecil yang tak rata, seperti hidupnya. Â
Tawa itu juga tertular kepada beny dan very yang pilih duduk dibelakang.
Beny adalah bassist di band mereka dan very adalah vokalisnya, band yang belum bernama. belum lagi siap dengan nama, Â masih mencari yang pas kiranya, Â tapi untuk karya mereka telah hasilkan, Â bukan satu lagu namun sudah menjadi kemasan album.
Yang mereka rekam mengandalkan belas kasihan tetangga karsa ---yang meminjami karsa stick drum--- dia juga ada studio rekaman.
Tidak lengkap memang tapi cukup untuk merekam sekadar beberapa lagu.
Dan hasil panen dari pohon kerja keras , pengorbanan, Â ketekunan, Â kesabaran, Â serta belas kasihan itu yang akan mereka bawa ke kota, Â untuk mereka jajalkan pada produser besar.
" kau sendiri ben,? Â Ada yang hendak kau inginkan jikalau kita terkenal, "
Pertanyaan serupa,  namun samar very sampikan. Arah pandangannya masih  kebelakang,  tapi jelas suaranya mengarah kebeny .
Dia tahu, dirinya tak suka berhayal begitu juga beny.
" kau juga ver?"
" iya---tidak salahnya kita berhayal dulu, toh juga tak merugikan orang ben"
Very mengelak, sudut bibirnya hampir menyentuh lesung pipi pemanis wajah oval itu.
Hidung mancungnya kembang kempis pertanda sesalnya terlanjur bertanya.
" aku belum pikirkan ver, Â nanti kalau ada, kau bisa tanyakan lagi, "
Pertanyaan very masih mengambang dengan banyaknya kemungkinan jawaban.
Very tak besuara lagi, Â beny juga tidak, Â hanya karsa dan gilang yang masih belum betah pada kesunyian.
Sedangkan truk yang mereka tumpangi terus berjalan tak tau apa yang akan menghentikan. Truk pengangkut pasir yang sering melintasi desa, mereka sewa dengan harga sahabat , tidak mencari nyaman tentunya, Â hanya berharap sampai tujuan tanpa kehujanan.
**
" terimakasi banyak pak, semoga selamat sampai tujuan, "
Setibanya dikota , dipinggir jalan dekat dengan stasiun kereta dan pemberhentian bus---sesuai perjanjian mereka harus turun.
Dan truknya juga harus berjalan lagi pada tujuan mereka.
Mereka perlu mencari alamat yang diberikan sero, teman karsa si pemilik studio.
Sungguh baik anak itu, Â dia berikan tiga alamat dari produser besar---katanya---
Mereka tidak bertanya dari mana sero dapatkan alamatnya, tidak pantas curiga pada kebaikan orang, Â apalagi sero bukan sekali berbuat baik pada mereka.
" ini bukan alamatnya? "
Gilang berhenti tepat diseberang jalan.
Didepan ada gedung tinggi besar, berlipat-lipat tingginya dari pohon kelapa yang sering dipanjatnya dan lebih megah dari balai desa.
"iya betul, Â sesuai yang dituliskan"
Beny melihat sekilas kertas kecil pemberian sero. " tunggu apa lagi!"
Semangat mendorong mereka tak mau menunggu---memasuki gedung dengan deretan dinding kaca dan berhalaman seluas sawah milik pak kades itu.
" maaf, Â kalian mau cari siapa dan ada keperluan apa?"
Tanya seorang dengan seragam putih ketat yang menampakkan tubuh besar,dengan ototnya yang diperas kering--- tambah seram lagi dengan kumis tebal yang melingkar di bibir sampai dagunya,serupa fosil ulat bulu ;lebat dan menggatalkan.
" kami ingin mencari pemilik gedung ini pak, kami ingin menjual rekaman musik kami, "
" namanya siapa?"
" nama saya karsa pak, "
" bukan nama kamu!!, Â nama orang yang kalian cari, "
Jawaban karsa sedikit membuat bapak itu mengerutkan alis---matanya seraya ingin keluar dan kumisnya bergetar lunglai sehabis membentak.
Mereka semua saling pandang, Â kerena sero tak memberikan nama,dia hanya memberikan alamat---jika mengambil pilihan untuk menebak, Â kemungkinannya adalah 0,01 %, itupun jika dihitung kalau mereka tau nama-nama pekerja disana.
"maaf pak---"
Beny melirik karsa.
" kami tidak tahu namanya, yang diberi tahu dia seorang produser musik---kata teman kami"
Beny menjelasakn dengan hati-hati, agar tak menbutanya kesal lagi dan harap-harap dipersilahkn masuk.
Ada jeda beberapa detik atau menit mungkin untuk bapak itu bersuara lagi, Â dan menenangkan kumis-kumisnya.
" yasudah, kalian masuk kedalam dan tanya pada reception , dia akan mengatar kalian."
Pintanya mengarahkan telunjuk pada jalan yang harus diambil---yang mungkin adalah pintu masuk berada.
" reception itu orang mana pak ?"
Celetuk karsa , dengan inisiatif bertanya yang tidak pada waktunya.
dan bapak itu hanya mendengus kesal ---lagi kumisnya bergetar lebih kencang, Â seperti dihantam gempa dengan skala besar.
Untung saja very cepat menarik karsa sebelum kumis kumis itu lepas dari sarangnya dan menyengat.
Didalam ada lagi seorang lelaki gagah menghampiri. Berseragam lebih rapi, berkemeja, jas dan celana hitam, dan sepatu yang begitu berkilau---entah berapa kali dibilas untuk dapat kilaunya.
" permisi pak, Â kami ingin bertemu dengan pak produser"
Kata beny , dia memberi salam namun tak dibalas, tangan itu membusuk dikerumunin lalat.
Orang itu hanya diam, di jas bagian dada sebelah kiri ada sebuah tulisan " rendy" ---namanya mungkin.
Dia tak berhenti menatap,  dari bawah naik pelan  keatas,  kebawah lagi,  lagi-lagi keatas---dari mereka berempat tak ada yang tau apa yang dia cari.
" tunggu disini, Â jangan tatap barang apapun apalagi mencoba disentuh. "
Akhinya dia membuktikan diri bisa bicara, Â namun sekali bicara sangat menyakitkan---
Apa pikirnya tampang beny dan yang lain sepencuri itukah.
Ketika sudah cukup jauh, Â terlihat dia merogoh saku, Â mengambil hp---tampak dia menghubungi seseorang.
Dan dari obrolan dengan seseorang itu, Â entah dia sengaja atau dia tidak tahu suaranya terdengar--- begitu kentara dia menjelek-jelekkan beny dan yang lain, Â baik dari penampilan, Â pakaian, Â rambut, Â kulit, Â bahkan mata sipit karsa tak luput.
" apa masalah dia itu! "
Ujar karsa, Â tesinggung.
Namun tidak lama dia kembali, berjalan seakan ada mahkota dikepalanya---tak mau menuduk barang sebentar.
"kalian tidak diizinkan masuk, Â silahkan pergi sekarang!! "
Tanpa adanya sebab akibat atau penjelasan---tapi mereka diusir,
Bahkan dengan suara tergesa-gesa.
" kenapa pak!! Apa alasan kami tidak mendapat ijin? "
Suara very sedikit tinggi,menekan, Â dan memaksa, Â membuat sejajar dengan lawan bicaranya---bahkan tatapannya tak lepas dari pria lebih tinggi sejengkal darinya itu.
" saya bilang tidak ya tidak ,"
Dia tidak mau kalah " tidak perlu ada alasan! "
" sudah ver kita pergi saja, Â masih ada tempat lain yang bisa kita tuju, "
"iya ver, Â jangan membuat masalah disini."
Gilang menengahi membantu beny untuk menenangkan very.
Suka atu tidak mereka jelas harus segera keluar dari sana, Â karena izin tidak mereka kantongi, ditambah mereka tidak kenal denga siapa produser itu---untuk berharap belas kasihan itu tak mungkin.
Percobaan pertama sangat buruk---yang ada dibenak mereka semua.
Tapi masih ada dua kesempatan lagi, " kali ini tak boleh gagal" ujar karsa
Dengan bekal tekad mereka kembali mencari alamat kedua mengikuti petunjuk dari kertas kecil  pemberian sero.
Ternyata pencariannya tidak susah, Â alamat itu dekat , hanya beberapa meter saja ---mungkin ini salah satu kemudahan dari tuhan, dengan sisanya akan mereka terima lagi nanti.
**
" sialan!!, Â mereka semua sama saja, coba tidak ada pembatas itu, Â sudah kupukul dia."
Kali ini very  kesal sungguhan. Mungkin darahnya sudah mendidih, melumatkan tulang, daging dan syaraf warasnya.
Bukan tanpa alasan, Â tempat kedua nyatanya serupa dengan yang pertama---lebih buruk lagi, Â mereka bukan hanya tidak bisa memasuki gedung, tapi melewati gerbang pun tidak diperbolehkan.
Dengan tambahan dihina langsung didepan muka ---pria berjas tadi lebih baik kiranya, dia hanya bicara dibelakang.
Dan hanya satu alasan kenapa very tak bisa memukulnya, hanya karena gerbang pembatas itu, Â jika tidak mungkin hal yang sulit digambarkan akan terjadi.
" sudah ver, "
Beny merangkulnya "kita lanjut jalan lagi, Â masih ada satu tempat yang perlu kita datangi."
Senyumnya tidak kehilangan harapan, Â pribadinya yang selalu optimis dalan keadan apapun adalah obat untuk para sahabatnya.