Rasa gugup mendadak muncul kala secarik kertas diantarkan ke meja kerjaku sore itu. Bukan sekadar kertas biasa, melainkan sebuah surat undangan. Berisi tiga paragraf singkat yang diketik rapi dengan menggunakan huruf
Times New Roman. Bunyinya meminta kesediaan pejabat kantorku untuk menjadi pembicara di sebuah acara diskusi ekonomi.
KEMBALI KE ARTIKEL