Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Manusia dan Tuhan Sama-sama Terlalu

17 Desember 2013   16:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:49 68 0
Sengaja saya tulis judul yang mungkin agak aneh terdengar bagi sebagian orang. Judul ini muncul karena rasa heran saya atas kebodohan, ketidak tau maluan, dan kepelitan manusia saat berurusan dengan tuhannya. Ya, manusia memang terlalu. Tapi, hal yang sama saya rasakan kepada tuhan. Saya heran dengan kelembutan, kebaikan, dan keberharapan tuhan atas kebahagiaan hamba-hambanya yang sudah melampaui batas. Karena saya bukan tuhan, mungkin ini yang membuat saya berpikir bahwa tuhan pun “terlalu”.

Kalo kita ingin membahas dua kata antara kata “manusia” dan kata “tuhan”, kita butuh penengah atau kata sambung yang bisa menghubungkan keduanya. Dua kata ini bisa bersambung jika ditengahnya ada kata “iman”. Dengan kata lain, iman disini berfungsi sebagai penghubung (kalo bahasa kitab-kitab kunonya disebut “wasilah”) antara manusia dan tuhannya. Mungkin sekarang anda mulai males membaca tulisan ini karena saya mulai membawa-bawa kata iman. Memang sepertinya kata iman itu begitu rumit dan baku untuk dijelaskan, tapi tenang aja, saya tidak akan berpanjang lebar ingin membahas masalah iman.

Kembali ke masalah pokok kita bahwa bagi saya manusia dan tuhan itu sama-sama keterlaluan. Saya akan buktikan ini dengan meng-capture (gara-gara keseringan pake bb), bagi yang gag mengerti bahasa capture maksudnya adalah dengan mengambil satu masalah yang terjadi setiap hari dalam hidup manusia. Masalah yang membuat banyak orang mati dan banyak orang korupsi. Apalagi kalo bukan masalah rezeki.

Sebelumnya saya mohon maaf jika saya memakai kata-kata iman lagi dalam tulisan ini. Mungkin ini yang terakhir. Allah swt dalam firman-Nya menyebutkan sifat-sifat orang ber-takwa sebagai berikut, “Kitab (al-qur’an) ini tidak ada keraguan didalamnya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Al-baqoroh 2). Siapakah mereka yang bertakwa? “yaitu mereka yang ber-IMAN kepada yang ghaib, melaksanakan solat dan menginfakkan SEBAGIAN rizki yang Kami berikan kepadanya”.

Intinya, Allah swt jelas-jelas menginginkan hamba-Nya untuk menjadi hamba yang bertakwa kepada-Nya dan salah satu syarat dari takwa adalah “menginfakkan SEBAGIAN rizki yang Kami berikan kepadanya”. Saya tidak ingin membuat tulisan ini semakin ribet, panjang, dan bertele-tele. Langsung saja saya buktikan kalo Tuhan dan Manusia sama-sama keterlaluan.

Masalah meng-infakkan rezeki (bahasa kerennya “sedekah” atau “bagi-bagi duit”) sangat ditekankan dalam Al-qur’an. Allah berkali-kali meminta kepada hambanya untuk meluangkan sebagian rezekinya untuk mereka yang membutuhkan. Tujuannya jelas, agar tidak Nampak perbedaan yang mencolok antara si kaya yang suka menghambur-hamburkan uang dengan si miskin yang sekarat kelaparan. Karena dalam hadis disebutkan, “Jika seorang kaya itu pelit, maka si miskin akan menjual agamanya dengan dunia”. Dan ini penyakit yang kronis dan berbahaya. Dalam hadis lain dsebutkan, “kemiskinan itu hamper mendekati kekafiran”. Puncaknya, nanti akan terjadi “revolusi lapar” yang akan mengacaukan keadaan dengan banyaknya kriminalitas dan tak adanya ketenangan hidup bagi si kaya maupun si miskin.

Dan disini ada beberapa cara yang dilakukan Allah didalam Al-Qur’an untuk menggugah kesadaran manusia untuk berinfak. Dan cara-cara dibawah ini dijamin tak ada yang bisa menolaknya. Tapi ya masih ada orang-orang yang enggan ber-infak. Memang terlalu.

cara pertama:

Allah mengingatkan kepada manusia bahwa harta itu bukan hartamu! Kenapa kamu harus pelit terhadap apa-apa yang bukan milikmu? Terlalu!

“Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu”

Sungguh lucu dan terlalu. Semua harta ini milik Allah, tapi mereka tetap tidak mau mengeluarkan SEBAGIAN dari harta yang bukan miliknya! Satu hal telah tersingkap tenntang keterlaluan manusia.

Cara kedua:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah sebagian harta yang telah Dia jadikan kamu sebagai penguasanya (titipan/amanah dari Allah)”

Allah dengan sifat dermawannya yang amat tinggi memberikan kesempatan manusia untuk mendapat titipan rezeki dari Allah. Lalu suatu saat Allah menyuruh kita sebagai orang yg dititipi harta untuk mengeluarkan SEBAGIAN dari harta titipan itu. Pantaskah kita untuk berat mengeluarkan harta titipan itu? Toh, itu bukan milik kita. Dan kita sudah merasakan kenikmatannya dalam waktu yang lama. Toh, yang dikeluarkan Cuma hanya sebagian kecil. Kenapa masih tidak mau? Terlalu!

Coba bayangkan jika seorang jutawan meminjami kita uang 100 juta. Kita boleh memakainya semau kita, asalkan kita menyumbangkan 20% dari uang itu untuk orang lain. Lalu si orang yang dipinjami ini tidak mau memberikan uang yang hanya 20 juta itu untuk orang lain, dan memakan semua uang itu sendirian. Apakah orang seperti ini tidak layak kita sebut “keterlaluan”?

Dia tak sadar, dengan tidak menyampaikan amanat si bos yang menyuruh mengeluarkan 20 % itu, bisa saja akhirnya si bos tidak percaya lagi kepadanya dan tidak mau memberikan pinjaman sama sekali!

Cara ketiga:

“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang terbaik.”

Cara ketiga ini yang mulai menjadikan saya menyandangkan status “keterlaluan” pada tuhan. Bayangkan! Harta itu hartanya tuhan. Kemudian Sang Pemilik harta meminta manusia untuk memberikan sebagian hartanya kepada yang lain. Parahnya, apa yang sudah diberikan oleh manusia akan diganti! Siapa lagi yang akan menggugah hati manusia yang berhati keras ini selain Allah dengan segala ke Maha Baikannya yang menurut level manusia adalah keterlaluan. Dia berjanji seberapapun yang keluar akan diganti lagi. Tapi yang lebih parah lagi, masih banyak manusia yang enggan bersedekah. Terlalu!

Imam Shodiq as pun akhirnya ikut berkomentar mengenai masalah ini, “Jika ada penggantian dari Allah, lantas kenapa harus pelit????

Sebelum beranjak ke cara Allah untuk menggugah manusia untuk berinfak yang ke empat. Kita Tanya dulu, Allah itu berani ganti berapa? Kalo diganti sebanyak yang dikeluarkan ya sama aja dong.

Nanti akan kita liat, berapa sih Allah berani gantinya? Katanya Dia tuh sebaik-baik pemberi rezeki?

Cara keempat:

“Sesungguhnya orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka akan dilipat gandakan balasannya bagi mereka, dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.”

Ya Allah….

Sebenarnya ini yang membuat saya tertunduk malu dihadapannya. Dasar manusia bejat!

Cara terakhir yang digunakam Allah untuk mengajak dan menggugah hati manusia agar peduli kepada sesamanya dengan berinfak adalah dengan memakai bahasa “Utangi aku wahai manusia!”. Ini adalah cara ter-halus yang dilakukan Allah Sang Maha Raja. Dengan segala kuasa-Nya, kemuliaan-Nya, dan kekayaan-Nya, Dias wt meminta pada hamba-hamba ini dengan bahasa meminta hutang. Tujuannya hanya agar manusia ini mau menginfakkan sedikit hartanya untuk saudaranya yang tidak mampu. Wahai tuhan, engkau terlalu baik.

Bayangkan jika pak udin member kita uang 500 juta. Kemudian saat saya berjalan-jalan pagi (bahasa kerennya jogging) bersama dia, kemudian dia ingin meminjam uang 20 ribu kepada saya karena kebetulan dia lagi gag bawa uang. Pastinya saya akan memberikan uang itu Cuma-Cuma tanpa saya berpkir untuk berharap uang itu sebagai hutang yang akan dikembalikan. Tap bayangkan, jika saya tidak mau meminjami pak udin saat itu? Jawab dalam hati masing-masing. Orang seperti ini memang keterlaluan. Dan beginilah keadaan banyak manusia dari jaman dulu hingga sekarang. Dengan cara apapun Allah membujuknya untuk bersedekah, tapi mereka tetap pelit dan kikir.

Dan hal terakhir yang ingin saya kutip disini adalah, apapun dan berapapun yang kita keluarkan, semua manfaatnya murni akan kembali kepada diri kita sendiri, Allah sama sekali tak mendapat manfaat apapun. Allah berfirman,

Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk meng-infakkan hartamu dijalan Allah. Lalu diantara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa yang kikir sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri.” (Q.S Muhammad 38)

Apapun harta yang kamu infakkan, maka maka (kebaikannya) itu untuk dirimu sendiri” (Q.S Al-Baqoroh 272)

KITA TERLALU PELIT DAN ALLAH TERLALU BAIK

Oh ya, karena sangking takjubnya saya dengan kebaikan Tuhan, saya hampir lupa menuliskan berapa sih Allah mau gantiin harta yang kita keluarin?

Ini nih critanya, ni yang carita Imam Ja’far, beliau cerita tentang kakeknya Rasulullah saw. Waktu turunnya ayat, “Barangsiapa membawa kebaikan maka dia memperoleh balasan yang lebih baik darinya.” (Q.S An-naml 89)

Setelah turun ayat ini Nabi berkata kepada Allah swt, “Tambahi Ya Allah”

Akhirnya turunlah ayat, “Barangsiapa berbuat kebaikan maka dia akan mendapatkan 10 kali lipat amalnya” (Q.S Al-An’am 160)

Nabi berkata lagi,”Tambahi Ya Allah”

Akhirnya turun ayat lagi, “Barangsiapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti padanya dengan banyak (Q.S Al-baqoroh 245)

Hanya satu komentar terakhir saya. Banyak dalam kacamata manusia masih bisa dihitung sementara banyak bagi Dzat Yang Tak terbatas adalah tak terbatas pula.

Semoga bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun