1. Masyarakat yang hidup di tengah-tengah alam semesta sebenarnya terdiri dari serangkaian gejala-gejala yang dapat kita sebut gejala sosial. Demikian juga banyak hal lain dalam alam semesta ini seperti planet-planet yang beredar, organisma-organisma yang hidup, molekul ¬molekul yang bergerak; sebenarnya terdiri dari berbagai rangkaian gejala alam.
2. Masyarakat yang hidup sebenarnya juga merupakan suatu klas dari gejala-gejala di antara gejala-gejala alam yang lain, dan dapat juga dipelajari dengan metodologi yang sama seperti metodologi yang dipergunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam semesta lain tadi.
3. Suatu masyarakat yang hidup merapakan suatu sistem sosial, dan suatu sistenm sosial mempunyai struktur ¬juga seperti halnya bumi, organisma. makhluk atau molekul.
4. Suatu ilmu mengenai masvarakat seperti ilmu sosial, yang mempelajari struktur dan sistem-sistem sosial adalah sama halnya dengan ilmu geologi yang mempelajari struktur kulit bumi, atau ilmi biologi yang mempelajari struktur dari oranisme-organisme ilmu kimia yang mempelajari struktur dari molekul-molekul.
5. Suatu struktur sosial merupakan total dari jaringan hubungan antara individu-individu, atau lebih baik person-person, dan kelompok-kelompok person. Dimensinya ada dua, yaitu hubuugan diadik, artinya an¬tara pihak (yaitu person atau kelompok) kesatuan dengan pihak kedua, tetapi juga diferensial, antara satu pihak dengan beberapa pihak yang, berbeda-beda, atau se¬baliknya.
6. ”Bentuk dari struktur sosial” adalah tetap, dan kalau toh berobah, proses itu biasanya berjalan lambat, se¬dangkan ”realitas struktur sosial” atau wujud dari struk¬tur sosial, yaitu person-person atau kelompok-kelompok yang ada di dalamnya, selalu berobah dan berganti. Tentu saja ada beberapa peristiwa yang dapat juga men¬buat bentuk dari struktur sosial itu mendadak berubah, yaitu misalnya peristiwa perang atau revolusi.
7. Dalam penelitian masyarakat di lapangan, seorang pe¬neliti mengobservasi wujud dari struktur sosial, tetapi analisanya harus sampai kepada pengertian tentang bentuknya yang bersifat lebih abstrak. Bentuk struktur sosial dapat dideskripsi dalam dua keadaan. Hal itu sama dengan cara seorang ahli anatomi mendeskripsi suatu or¬ganisma dalam keadaan berhenti, menjadi morfologi dari organisma itu, tetapi juga dapat dalam keadaan berproses (hidup), menjadi fisiologi dari organisma itu. Sebagai analoginya, seorang ahli ilmu sosial dapat mendeskripsi bentuk dari suatu struktur sosiai dalam keadaan seolah-¬olah berhenti menjadi morfologi sosial, tetapi juga dalam keadaan berproses menjadi fisiologi sosial (Radeliffe Brown, 1952: 180-181).
8. Seorang ahli ilmu sosial yang mendeskripsi suatu struktur sosial pada dimensi diadik maupun diferensialnya, serta morfologi sosial maupun fisiologi sosialnya, dapat mengerti latar belakang kehidupan kekerabatan, ekonomi religi, mitologi, dan sektor-sektor lain dalam kehidupan masya¬rakat yang menjadi pokok perhatiannya.
9. Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai kriterium untuk menentukan batas dari suatu sistem sosial atau suatu kesatuan masyarakat sebagai organisma. hal itu telah menjadi masalah bagi para ahli ilmu sosial sejak lama. Apakah Kerjaaan Inggeris itu suatu masyarakat, ataukah suatu gabungan dari banyak masyarakat? Apakah sebuah desa di Cina itu suatu masyarakat, atau hanya suatu bagian saja dari suatu masyarakat yang lebih besar? Menurut Radeliffe-Brown batas jaringan-jaringan struktur sosial itulah yang merupakan batas Suatu masyarakat.
10. Ilmu antropologi sosial adalah salah satu ilmu sosial yang bertugas mempelajari struktur-struktur sosial dari sebanyak mungkin masyarakat sebagai kesatuan-kesatuan, dan membandingkannya dengan metode analisa komparatif untuk mencari azas-azasnya. Dengan demikian dapat dikembangkan suatu klasifikasi besar dari semua jenis struktur sosial yang ada di dunia, ke dalam beberapa tipe dan sub-tipe struktur sosial yang terbatas.
11. Klasifikasi dari aneka-warna gejala alam itu telah terbukti mutlak untuk kemajuan ilmu alam. Ilmu biologi baru maju pesat ketika klasifikasi dari beribu-ribu jenis bentuk makhluk hidup di dunia ini menjadi beberapa suku, infrasuku, keluarga, jenis, dan ras yang terbatas. Demikian pula ilmu antropologi sosial akan maju dan mampu me¬ngembangkan hipotesa-hipotesa yang setelah diuji dapat dikembangkan menjadi kaidah-kaidah sosial, atau social laws, atau suatu klasifikasi besar mengenai aneka-warna struktur sosial tersusun.
Dalam sub 10 dan 11 dari uraian di atas digunakan istilah “antropologi sosial”. Radcliffe-Brown yang memang selalu mempergunakan istilah dengan sangat ketat, mengusulkan agar disiplin yang melaksanakan prosedur penelitian, analisa, klasifikasi, dan generalisasi seperti terurai di atas, secara khusus disebut dengan istilah “antropologi sosial”. Maksudnya agar dapat dibedakan dengan jelas dari ilmu antropologi yang ber¬usaha menerangkan dari gejala-gejala masyarakat dan kebudayaan manusia yang beraneka-warna di seluruh muka bumi ini, dengan analisa yang bersifat historis atau yang berdasarkan metode analisa difusionisme. Untuk ilmu antropologi jenis terakhir itu ia mengusulkan istilah yang lama, yaitu “etnologi”.
Istilah “antropologi sosiai” pertama kali dipergunakan di Inggris, ketika jabatan guru besar kehormatan yang diberi¬kan oleh Universitas Liverpoel kepada J. Frazer dinyatakan dalam ilmu social anthropology (Evans-Pritchara 1951: 3).
Adapun pandangan dan cita-cita Radeliffe-Brown menge¬nai suatu ilmu sosial berdasarkan metodologi ilmu alam tak pernah sempat diterapkan olehnya; dan walaupun ia menyatakan berkali-kali bahwa struktur sosial itu ada dan dapat diana¬lisa pada segala macam masyarakat, baik yang bersahaja maupun yang komplek, dalam praktek ia sendiri hanya menerapkan¬nya pada dua pranata, yaitu sistem kekerabatan unilineal dan upacara agama beserta mitologinya, dalam tiga macam masyarakat, yaitu masyarakat berburu di Andaman dan Australia, dan masyarakat peternak dan petani di Afrika.
Fedyani, Ahmad, Antropologi Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2006