Cerdas !
Mendengar kata itu saja rasanya bagai mimpi, lalu orang tua mana yang tidak mendambakan janinnya terlahir menjadi bayi yang cerdas, setelah kurang lebih sembilan bulan seorang ibu mengandung.
Wajarlah kalau kaum ibu mendambakanya, dan tak jarang berbagai macam ritual pun sering di lakukan.
Seperti makan ini baik untuk blabla…
Minum ini baik untuk blabla…
Sampai ritual jangan-jangan pula,
Jangan makan itulah…
Jangan minum inilah…
Dan anehnya semua omongan yang masuk ditelinga itu langsung di telan mentah-mentah tanpa ada paling gak kata, “ Kenapa kok gak boleh atau kenapa kok harus begitu?”
Ketika ujung-ujungnya di tanya sang anak setelah dewasa, sang ibu menjawab dengan mudahnya, “ Simbah kamu nduk, yang bilang sama ibu dulu saat ibu mengandung kamu ”
Seperti yang telah saya baca dari majalah Gontor,
Menurut para ahli, musik ternyata mampu menpengaruhi kecerdasan janin.
Spesialis kebidanan dan kandungan, dr Hermanto Tri Joewono, pernah pula melakukan penelitian bersama dua rekannya Dr drh Estoepangestu dan drh widjiati MS. Mereka menggunakan tikus sebagai objek penelitian. Metodenya sederhana saja, sebanyak 24 tikus berusia 4-5 bulan dihitung jumlah sel otaknya dengan melakukan beberapa irisan. Yang sebelumnya tikus tersebut dibagi secara acak dalam empat kelompok. Yaitu kelompok control tanpa pajanan musik, kelompok dengan rangsangan musik klasik, kelompok dengan pajanan musik gamelan, dan kelompok dengan rangsangan musik dangdut.
Cara membuat tikus itu hamil pun juga tergolong unik. Sebelumnya, tikus disuntik hormone untuk meningkatkan kesuburan. Selanjutnya, tikus betina itu dikawinkan dengan tikus jantan. Selama hamil empat kelompok tikus itu ditempatkan pada kamar yang berbeda. Satu kelompok ditempatkan tanpa pajanan musik dan tiga lainnya dilengkapi dengan rangsangan musik. Jenis musik sesuai dengan kelompok pajanan yang telah ditentukan.
Begitu bayi tikus itu lahir, barulah dihitung jumlah sel otaknya. “ Makanya kami menggunakan tikus sebagai objek percobaan. Kalau objeknya manusia jelas tak mungkin. Mana boleh membunuh janin manusia hanya untuk menghitung sel otaknya, ” papar Hermanto.
Dari penelitian tersebut ternyata diketahui musik klasik paling ungul. Jumlah sel otak setelah mendengar musik klasik bertambah paling banyak diantara yang lain. Di bawah mikroskop tampak jumlah sel otak rata-rata 136,9 buah setiap lapang pandang. Urutan kedua adalah music gamelan dengan jumlah sel 80.58 kemudian music dangdut 70,79. Sedang pada kelompok control hanya didapatkan 44,21 sel otak tiap lapang pandang.
Selama ini, kata hermanto, musik hanya dikenal punya efek penyembuh. Penemuan ini menambah daftar efek positif pad a musik. “ Ternyata pertumbuhan janin dipengaruhi pula oleh suara. Ini masuk akal. Sebab makanan sebanyak apa pun yang masuk dalamtubuh janin, hanya terkait dengan gizi saja. Itu tak cukup bagi bayi untuk pertumbuhannya,” papar Hermanto.
Lalu, kapan janin sudah bisa mendengar musik dan berapa lama musik mesti diperdengarkan dalam sehari? Hermanto mengatakan proses mendengar pada janin baru terjadi saat ia berusia 18 minggu. “ Di usia itu jangan tunda untuk memberikan rangsangan suara. Setidaknya pada usia 20-25 minggu,” kata Hermanto.
Jenis musik apa pun bagus untuk merangsang otak janin. Tapi rangsangan paling bagus adalah musik dengan frekuensi tinggi, seperti musik klasik. Minimal luangkan waktu 1 jam sehari untuk memberi kesempatan janin anda mendengarnya. Lantas jika musik klasik mampu mempengaruhi sel otak bayi, bukan mustahil lantunan ayat suci Al-Qur’an bisa mempengaruhi kecerdasan janin pula.
Bukankah Allah juga berfirman,” Hai manusia, jika kamu ragu tentang kebangkitan, maka sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan” (al-Hajj: 5)
Yuk kita para orang tua mulai menciptakan anak-anak yang berkarakter, yaitu anak-anak yang cerdas penuh karakter. Karena kalau bukan dari sekarang kapan lagi kita mulai menyadari akan pentingnya hal besar yang sering di pandang sebelah mata ini. Anak-anak kita adalah generasi mendatang, generasi masa depan.
Nissa mariyana