Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Menyikapi Berita Duka dari Tokoh Ternama

28 Mei 2022   14:14 Diperbarui: 28 Mei 2022   14:19 280 7
Media daring dan sosial Indonesia kini sedang diramaikan dengan berita duka dari Ridwan Kamil. Gubernur Jawa Barat yang akrab dipanggil Kang Emil itu sedang ditimpa musibah dengan belum ditemukannya putra sulungnya, Eril, yang terseret arus sungai Aare di Swiss sejak Kamis, 26 Mei 2022.

Ucapan simpati pun mengalir dari segenap warga Indonesia, terutama di media sosial. Para tokoh lainnya, termasuk Ibu Susi Pudjiastuti, turut mendoakan agar Eril yang sedang mencari kampus S2 di Swiss tersebut dapat segera ditemukan dalam keadaan sehat dan selamat.

Sejauh ini, komentar netizen (cukup) positif alias mayoritas mereka mendoakan dan menguatkan keluarga Kang Emil beserta Bu Atalia untuk tetap sabar dan tegar. Namun, ternyata tetap saja ada warganet yang berkomentar miring, tak terkecuali yang mempertanyakan alasan keluarga Kang Emil berlibur ke Eropa dan bukannya di Indonesia.

Ada pula yang meributkan Eril yang dianggap gegabah karena berenang di sungai terpanjang di Swiss tersebut padahal baru pertama kali mengunjunginya. Sejumlah komentar negatif tersebut menunjukkan tentang masyarakat yang lupa bahwa public figures tersebut tetaplah manusia (biasa) yang tak luput dari bahaya dan dapat berduka karena musibah.

Maka itulah, kita perlu bersikap bijak dengan adanya berita duka ternama dari tokoh terkenal, baik di level nasional maupun global. Seandainya kita menjadi mereka, kita pun pasti berharap adanya dukungan dari banyak orang ketika sedang ditimpa kesusahan.

Cari sumber berita resmi

Berita menghilangnya Eril di Swiss saya ketahui pertama kali via akun resmi suatu media online di Instagram pada Jum'at pagi. Saya pun segera mencari sumber berita resmi lainnya di internet dan ternyata hasilnya tak jauh berbeda.

Berita duka, terlebih lagi dari para tokoh, memang memiliki nilai jual yang tinggi. Tak heran, kita pasti pernah mendengar adanya berita sejumlah tokoh yang dikabarkan telah meninggal dunia padahal mereka masih sehat wal afiat.

Saya pribadi termasuk orang yang tak langsung mempercayai berita yang beredar di grup WA. Jika berita tersebut bukan berasal dari website resmi media online yang telah terpercaya, saya pasti langsung mencari sumber berita valid via pencarian di Google.

Pasti karena itulah, keluarga Kang Emil, yang diwakili oleh adik laki-lakinya, melakukan jumpa pers resmi mengenai kabar terbaru tentang Eril tak lama setelah Eril dipastikan hilang karena terseret arus sungai dan telah belum ditemukan setelah enam jam pencarian. Meskipun suaranya bergetar karena menahan kesedihan, paman Eril tersebut tetap dapat menyampaikan informasi akurat dengan jelas.

Jadi, setiap kali kita mendengar kabar duka dari para pesohor, pastikan dahulu bahwa berita tersebut memang bersumber dari media resmi. Tak sedikit orang yang mencari keuntungan dengan menyebarkan berita palsu, bahkan hingga kabar bohong kematian tokoh pun sampai tega dilakukan.

Stop beredarnya informasi dusta

Prinsip 'berita baik merayap, berita buruk berlari' patut kita ingat tiap kali akan menyebarkan berita tentang apapun. Ini juga berlaku untuk kabar duka yang dialami para pejabat publik maupun selebriti.

Sehari setelah berita hilangnya Eril, beredar kabar via media sosial bahwa Eril telah ditemukan dengan selamat. Ternyata, itu hanya berita hoaks yang langsung dibantah resmi oleh keluarga Kang Emil.

Ada pula yang memberitakan bahwa sungai Aare di Swiss tersebut memang seram karena sering menelan korban jiwa. Hmm, urusan mistis sepertinya bukan monopoli di budaya masyarakat Timur saja, namun juga di Barat.

Sederhananya, selama berita itu bukan bersumber langsung dan resmi dari pihak keluarga maupun berwenang, kita tak perlu menyebarluaskannya. Janganlah kita menambah gundah gulana keluarga yang sedang ditimpa duka mendalam tersebut dengan hoaks.

Ikut bersimpati tanpa menghakimi

Ketika musibah telah terjadi, kita harus segera mencari solusi tanpa harus menyalahkan sana-sini. Komentar netizen semisal: 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun