Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Masakan Lebaran Mbah Jum

24 Mei 2020   00:00 Diperbarui: 24 Mei 2020   00:01 383 5


"Hilal telah tampak. Bapak dan Ibu, jadi besok kita sudah Lebaran," begitu pengumuman dari masjid di samping rumah Mbah Jum. "Alhamdhulillah," ucap wanita sepuh itu. Dirinya bergegas ke dapur dan mulai menyalakan kompor.

Setiap malam takbiran, Mbah Jum pasti memasak menu Lebaran. Opor ayam, sambal goreng, dan rendang rutin dimasaknya. Ketupat dan lontong pun sudah matang dari sore hari tadi karena memasaknya perlu waktu lama.

Malam ini, Mbah Jum kembali meracik bumbu-bumbu untuk masakan Lebaran. Semua bahan dan bumbu sudah disiapkannya dari tadi siang. Saat sudah ada pengumuman bahwa hilal telah tampak, barulah dirinya mulai memasak.

Mbah Jum hanya tinggal seorang diri di rumah itu. Sang suami sudah meninggal lebih dari 10 tahun lalu. Kelima anak dan menantunya tinggal di luar kota semua.

Biasanya anak, menantu, dan cucunya sudah berkumpul di rumahnya tiga hari sebelum Lebaran. Tahun ini, Coronavirus membuat mereka berlima tak mudik. Namun, Mbah Jum tetap memasak menu Lebaran seperti biasa.

Pelan tapi pasti, Mbah Jum memasak sambal goreng. Untuk campurannya, selain hati ayam, sambal goreng itu juga dicampur telur puyuh. Sambil menunggu sambal goreng matang, Mbah Jum mulai mengolah rendang.

Usia Mbah Jum sudah 70 tahun. Tapi, dirinya masih sanggup memasak sendiri masakan Lebaran itu. Dirinya pernah memesan ke orang lain, tapi rasanya tak sesedap masakannya.

Ketika sambal goreng hampir matang, pintu rumah Mbah Jum diketuk. "Ya, tunggu sebentar," ujarnya setengah berteriak. Dirinya segera mematikan kompor dan bergegas membuka pintu.

Ternyata cucu tetangganya datang sambil membawa kue-kue kering Lebaran. "Sudah  dibayar lunas ya kuenya," kata Mbah Jum sambil menerima kue sebanyak 10 stoples itu. "Ya, Mbah," jawab sang pengantar kue.

Gadis remaja itu membantu Mbah Jum meletakkan stoples kue di meja ruang tamu. "Mbah, malam ini sendirian di rumah?" tanyanya penasaran. "Betul. Anak cucu Mbah ndak ada yang mudik."

"Oh, karena Corona ya Mbah? Kan warga memang dihimbau jangan mudik dulu Lebaran ini," sambung si gadis. "Benar. Ini supaya virusnya dari kota tidak sampai desa dan kampung," tutur Mbah Jum.

Saat pengantar kue hendak pamit pulang, Mbah Jum menyelipkan selembar 20 ribu rupiah ke tangannya. "Buat jajan besok waktu Lebaran, Nak," pesannya. Jawab sang gadis, "Ya, Mbah. Terima kasih."

Sambil melangkah keluar halaman rumah Mbah Jum, gadis itu bertanya-tanya dalam hatinya. "Kenapa Mbah Jum memesan banyak kue sementara beliau hanya sendirian di rumahnya? Apa mungkin untuk dibagi tetangga sekitar?"pikirnya sambil garuk-garuk kepala.

Belum jauh mengayuh sepeda pergi dari Mbah Jum, dirinya kembali dipanggil. Dia menoleh. Mbah Jum menghampirinya seraya menenteng sekantong plastik. "Titip ini ya ke kakek nenekmu. Salam untuk mereka,"pesannya.

"Wah, kok repot-repot? Terima kasih banyak ya Mbah Jum,"balasnya. Gadis itu lalu melanjutkan kayuhan sepedanya. Mbah Jum memberinya seplastik sambal goreng hati yang masih hangat sekali.

Lagi-lagi sang gadis penasaran. Mbah Jum hanya sendirian di runah di hari Lebaran besok. Tapi kenapa dirinya memesan banyak kue dan memasak menu Lebaran? Siapa yang akan makan?

Kembali ke dapur setelah membawa sambal goreng keluar rumah, Mbah Jum kembali melanjutkan masakannya. Opor ayam sudah hampir matang. Sekarang dirinya mulai memasak rendang.

Pukul sebelas malam, semua masakan Lebaran Mbah Jum selesai. Satu per satu ditaruhnya di wadah terpisah. Setelah ditutup rapat, Mbah Jum menyimpannya di kulkas tua miliknya yang masih terawat.

Esok paginya, Mbah Jum berangkat sholat Idul Fitri pagi-pagi. Dirinya berangkat ke masjid dengan para tetangga. Jarak mereka sholat berjama'ah diatur berjauhan agar tidak saling bersentuhan saat sholat.

Sepulang sholat Id, Mbah Jum bergegas pulang ke rumah. Anak cucunya menelepon dengan video call. Setengah jam kemudian, terdengar tamu datang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun