Selain Jokowi, nama Prabowo dan Aburizal Bakri juga nampaknya akan diusung dari Partai Gerindra dan Partai Golkar.
Namun, para capres tersebut hendaknya belajar dari tokoh muda ini. Tokoh yang tengah digandrungi anak anak muda ini punya sikap yang harus jadi panutan para capres, termasuk Jokowi.
Dia rela meninggalkan jabatan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dengan standar gaji dollar demi mengobarkan gagasan Nasionalisme Unggulnya.
Ia berjanji gagasan Nasionalisme Unggul bukan hanya untuk kepentingan sesaat konvensi Capres Partai Demokrat, tetapi untuk jangka panjang demi kemajuan bangsa.
Langkah mundurnya itu juga menunjukkan ia teguh memegang etika. Ia sadar sebagai pejabat negara ada bias kepentingan saat maju sebagai Capres. Ia tidak pernah berharap jabatan dubesnya akan kembali lagi bila gagal dalam konvensi.
Apakah Jokowi berani melakukan ini? Tidak. Apakah Dahlan Iskan berani melakukan ini? Tidak. Apakah Marzuki Ali berani melakukan ini? Juga Tidak.
Sangat sedikit tokoh yang bersikap ksatria dan memegang teguh etika seperti yang dilakukan anak muda ini.
Anak muda ini tidak pernah berdalih dan berlindung dibalik aturan. Dengan ksatria dia menanggalkan semua kemewahan untuk lebih dekat dengan rakyat.
Ia ke Sinabung mengunjungi pengungsi. Ia ke berbagai pesantren di Jawa Timur. Ia ke kampus kampus di seluruh Indonesia. Berbicara dari mimbar ke mimbar menggelorakan Nasionalisme Unggul.
Ia juga melaporkan rekening kampanyenya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) demi keterbukaan dan akuntabilitas.
Siapa Capres yang berani melakukan ini?
Apakah Jokowi berani? Tidak. Apakah Marzuki Ali berani? Tidak. Apakah Prabowo berani? Juga tidak.
Kalau semua capres baru ngomong doang, anak muda ini telah berbuat. Dialah Dino Patti Djalal. Seperti ksatria Pandawa Arjuna yang gagah perkasa maju di medan laga. Tidak penuh kemunafikan malu malu tapi mau seperti capres lainnya.