PENDAHULUAN
     Kesenian merupakan perwujudan asli dari hasil budaya masyarakat yang secara tidak langsung menjadi sebuah adat istiadat atau kebiasaan yang lazim dilakukan oleh suatu daerah tertentu. Kesenian di sini tercipta sebagai bentuk ungkapan dari rasa karsa manusia yang tidak hanya menampilkan unsur keindahan namun juga unsur budi luhur sebagai suatu mahakarya manusia yang memiliki nilai moral ajaran hidup. Indonesia menjadi negara yang terkenal dimata dunia oleh adanya keberagaman dari aspek apa pun. Mulai dari banyaknya agama/kepercayaan yang dianut, suku, ras, budaya dan kesenian yang bersatu padu di bawah semboyan Bineka Tunggal Ika dan tentunya itu menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
    Di era serba digital sekarang ini masyarakat telah banyak mengalami perubahan. Mengingat tingginya arus globalisasi di kalangan generasi milenial saat ini dapat membuat jati diri bangsa hilang. Masyarakat selalu dihadirkan oleh apapun serba instan sehingga memudahkan dalam hal informasi dan komunikasi. Derasnya arus globalisasi menumbuhkan generasi yang selalu mencontoh kebudayaan luar yang jauh dari adat istiadat setempat. Maka dari itu diperlukan pelestarian kebudayaan asli Indonesia agar kaum muda tidak mudah goyah dengan menyerap budaya luar yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya serta norma yang ada di masyarakat.
    Kesenian Ebeg adalah salah satu kesenian lokal yang tidak terpengaruh oleh budaya lain dan menjadi warisan nenek moyang sejak dulu. Kesenian ini tumbuh dan berkembang didaerah Jawa Tengah khususnya masyarakat yang menggunakan dialek Ngapak. Ebeg merupakan bentuk tarian yang dalam pertunjukannya diiringi dengan alat musik gamelan (Lestari & Apriani, 2019). Tari Ebeg menggambarkan prajurit penunggang kuda yang sering ditampilkan diacara hajatan warga setempat. Tarian Ebeg selalu dipenuhi dengan atraksi mengerikan yang hanya dapat dilakukan oleh orang terlatih. Atraksi yang biasa dilakukan biasanya berupa memakan pecahan kaca, memakan ayam hidup dan masih banyak lagi adegan ekstrem yang dipertontonkan ditarian Ebeg ini.
     Namun seiring dengan perkembangan zaman belakangan ini kesenian Ebeg seolah mati ditelan bumi. Masyarakat sudah sangat jarang menggelar kesenian ini untuk sekedar hiburan atau pada acara khusus. Kebanyakan dari mereka telah berpindah minat ke pagelaran organ tunggal ataupun dangdutan dalam rangka memeriahkan hajatan. Secara tidak langsung kesenian Ebeg yang merupakan budaya asli daerah terlupakan dan termakan zaman. Tidak hanya sampai di situ saat ini jarang sekali ditemukan muda-mudi yang antusias untuk belajar tarian Ebeg. Regenerasi pemain Ebeg sangat tidak terlihat sebab kurang minatnya terhadap kesenian Ebeg. Kaum muda sekarang ini terlalu sibuk dengan dunia gadgetnya sehingga banyak kesenian daerah tidak lagi dianggap eksistensinya.
     Begitu banyak jenis kesenian entah itu berupa tarian, alat musik, dan lainnya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Alangkah baiknya kita sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki tugas mengisi kemerdekaan ini mempertahankan dan melestarikan kesenian yang ada agar tidak diklaim oleh negara lain dan nantinya kita juga dapat menikmati kesenian yang ada ini.