Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Pencuri Ayam Vs Pencuri Uang Negara

18 Juli 2011   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 1676 1
Saya orang yang awam hukum, jika tak ingin mengatakan buta hukum. Tapi banyaknya kasus-kasus yang menurut saya tidak adil, membuat saya ingin lebih tau masalah hukum dan bertanya, untuk apa hukum ada jika hanya untuk membuat suasana makin kacau. Karena bukan kisah yang baru di banyak media, jika seseorang yang hanya mencuri seekor atau beberapa ekor ayam atau bahkan beberapa buah kakao kemudian dihajar hingga babak belur, masuk penjara dan diadili dan mendapat hukuman 2-3 tahun. Di satu sisi, hukum sudah ditegakkan, menghukum si pelaku yang tertangkap tangan mencuri dengan hukuman yang (mungkin) setimpal sesuai kitab hukum yang berlaku.

Namun, di lain sisi, sebuah kasus besar yang melibatkan banyak orang, merugikan banyak orang dan rakyat banyak termasuk negara tak pernah diungkap-silahkan merujuk banyak kasus koruspi yang mungkin tak terhingga jumlahnya di negeri ini. Alih-alih dihajar hingga babak belur, sudah tertangkap tanganpun dan dijatuhi hukum untuk bermukim sementara di balik jeruji yang juga ternyata sebuah kamar mewah layaknya kamar hotel. Silahkan merujuk kasus Artalita. Jika orang yang awam hukum mulai menuntut perlakuan hukum yang tidak adil menurut rasa kemanusiaan, itu bukan hal yang aneh.

Saya tidak ingin mengatakan bahwa pencuri ayam itu baik, karena bagaimanapun perbuatannya sudah kriminal, melanggar hukum dan tidak bisa diterima secara sosial di masyarakat. Tapi apa bedanya si pencuri ayam dan pencuri uang negara, yang malah seringkali dengan segala cara dapat lolos dari hukuman. Dari perspesktif awam hukum, si pencuri ayam merugikan pemilik ayam dan masyarakat sekitar yang merasa tidak nyaman dengan kelakuannya. Si pencuri uang negara, siapa yang dirugikan? Toh dia tidak mencuri uang saya atau masyarakat secara langsung, tidak membuat saya atau lingkungan saya merasa tidak aman karena takut kecurian. Apakah karena itu walaupun dihukum, kamar dibalik jeruji yang dinikmati pun berbeda?

Padahal sejatinya pencuri uang negara ini jauh lebih jahat dan merugikan jutaan orang dibandingkan pencuri ayam. Pencuri uang negara bukan hanya merampas hak masyarakat baik yang tua, muda dan anak-anak, tetapi merampas hak jabang bayi yang bahkan belum lahir. Seharusnya uang yang ditujukan untuk fasilitas rumah bersalin bagi ibu yang akan melahirkan bayinya dan rumah sakit bagi anak (misalnya), karena ada pencuri uang negara, tak jadi dibangun atau jikapun dibangun tak memberi manfaat maksimal bagi rakyat. Mungkin saja jika uang itu tidak dicuri, bias menyediakan jaminan kesehatan bersubsidi bahkan gratis bagi masyarakat yang membutuhkan. Karena sudah habis dicuri, tak ada lagi yang tersisa bagi masyarakat. Jadi, sepantasnya pencuri uang negara dihukum jauh lebih berat daripada sekadar pencuri ayam.

Lalu kenapa pencuri uang negara lebih terhormat ketimbang pencuri ayam? Mereka tidak disebut pencuri, tetapi koruptor. Jangan-jangan istilah koruptor membuat mereka merasa jauh lebih terhormat ketimbang gelar pencuri ayam. Atau mungkin kita bisa mengganti kata koruptor menjadi pencuri uang/aset negara? Saya hanya kuatir, eufemisme bahasa menjadikan para koruptor merasa  lebih berderajat dan bermartabat ketimbang pencuri ayam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun