Sebagai keluarga yang berlatarbelakang etnis Jawa (Kediri, Gresik, dan sekitarnya), pada tahun 1970-an mengikuti program transmigrasi ke Sumatera Selatan tepatnya di daerah Lubuklinggau. Berbeda dengan yang lain, Si Mbah Lanang dan Si Mbah Tino melakukan migrasi secara personal di luar program yang ditawarkan pemerintah. Sehingga mereka lebih tegas menyebut dirinya sebagai "perantau".
KEMBALI KE ARTIKEL