***lalu kalian bertanya kenapa puisi puasa sepi sekarang
ha ha ha ha itu pertanyaan yang terngiang
ternyata hadiah adalah dorongan mengarang
puisi hanya alat mencari uang bukan berjuang
imajinasi hanya untuk nasi setali tiga uang
gempita hadiah 3 juta rupiah yang merangsang
sebagai pemicu menulis dengan tenang
setiap hari menulis puluhan puisi dengan girang
harapan juara puisi ramadhan membuat riang
tanpa malu puisi diposting puluhan buah sampai kenyang
walau kualitas puisi sungguh bagus bisa dibilang
namun muka setiap jam muncul itu kini hilang
sirna dengan berakhirnya puisi dinilai saat tayang
19 agustus 2012 akhir penilaian lewat melenggang
yang dinilai oleh admin kompasiana seorang
sungguh girang lihat penulis puisi puluhan kali kejar tayang
namun kini penulis pengejar tayang telah hilang
maka kini puisi puasa sepi tanpa pendatang
yang sebelum 19 agustus seperti perang
berlomba memposting puisi agar menang
dari situ kelihatan seseorang bisa dikenang
apakah karena hadiah justru kita terangsang
bukan jiwa suci yang dalam sebagai perangsang
sungguh rindu jiwa ini menunggu puisi gemilang
yang lahir bukan karena 3 juta perak untuk perangsang
sungguh memalukan kita hidup hanya untuk uang
hingga semua diukur dengan uang uang dan uang
maka aku begitu mengunggu penulis puisi datang
tetap menulis meski waktu telah hilang
penilaian juri admin memang merangsang
kompas dan kompasiana membantu berkembang
sekali lagi bukan uang yang dianggap pemenang
namun partisipasi dan semangat tak lekang
yang digadang oleh kompas dan kompasiana memang
wahai penulis puisi-puisi ramadhan gemilang
ayo tuliskan puisi islami biar tidak menang
yang penting semarak ramadhan tetap terkenang
bahwa kita pernah nulis puisi dan tayang
di kompasiana yang kita sayang
hadiah bukan tujuan akhir seorang pemenang
yang menang adalah jiwa suci gemilang
yang tetap semangat nulis hidup meski tidak menang
puisi islami bukan semata soal uang
namun untuk jiwa yang gemilang
terima kasih kompas yang beride cemerlang
aku akan selalu memposting puisi agar tayang
untuk keabadian jiwa yang gemilang