Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Luka yang Tak Terlihat

25 November 2024   06:41 Diperbarui: 25 November 2024   08:12 22 0
   Rumahku adalah tempat ternyamanku, sungguh ungkapan indah yang memberikan ketenangan saat mendengarkan ungkapan itu. Mungkin sebagian anak merasakan hal tersebut, namun tidak bagiku. Sejak aku kecil orangtuaku selalu bertengkar dan pemandangan itu sudah menjadi hal biasa bagiku. Orangtuaku adalah orang yang hanya sibuk bekerja. Kala itu, aku masih terlalu kecil, hanya mengerti hitungan satu tambah satu, aku tak mengerti rumitnya pikiran bapak ibu. Beranjak remaja, pikiran yang ada dikepalaku semakin berisik, inginku luapkan segala rasa yang tertahan di dada. Nyatanya mulutku memilih bungkam. Tak ada yang mendengar, tak akan ada yang mengerti. Nyatanya pertengkaran dikeluargaku belum usai selama bertahun-tahun lamanya. "Aku adalah anak yang tumbuh sering melihat pertengkaran orangtua." Bapak yang selalu menggunakan nada tingginya atau melempar barang disekitarnya. Ibu juga mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas didengarkan. Semuanya masih terekam dalam memoriku, rasanya sulit melupakannya begitu saja. Ini beneran keluarga? Tiap hari selalu ada pertengakaran, tiap hari selalu ada cacian makian. Setelah sekian lama pertengkaran yang tak berujung. Ternyata, bukan hanya karena perbedaan pendapat di antara mereka, tetapi juga karena cara mereka mencintai anak-anaknya yang tak pernah seimbang. Bapak ibu selalu memberikan perhatian lebih pada Satya, si sulung yang selalu mereka banggakan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun