Terkait isu ketimpangan kepemilikan tanah ini bermula ketika 'tanpa sengaja' keluarga menghadapi konflik lahan di daerah tempat tinggal kami yang kebetulan berada di pinggiran kota. Lahan yang bertahun-tahun kami tempati tiba-tiba diklaim oleh pihak lain dengan dalih kepemilikan sertifikat. Konflik inilah yang membawa keluarga ke dalam sengketa hukum yang panjang dan melelahkan. Sebagai anak sulung dan perempuan satu-satunya, saya merasa ikut bertanggung jawab membantu meringankan situasi yang dihadapi keluarga dengan mencarikan solusi yang tepat. Mulai dengan berkonsultasi dengan pakar pertanahan hingga mencari informasi secara digital.
Di tengah upaya mencari keadilan bagi keluarga itulah saya menemukan artikel di media online mengenai Badan Bank Tanah. Awalnya saya skeptis. Sebagai generasi yang terkenal sangat rasionalis, konsep yang tertuang terdengar terlalu besar dan ambisius - sebuah lembaga yang bertugas mengelola tanah secara terpusat untuk memastikan pemerataan dan keadilan sosial. Saya terus mencari penjelasan logis terkait lembaga ini. Semakin banyak membaca, semakin melihat kalau yang tertulis bukan sekadar konsep utopis. Ada potensi nyata di dalamnya.
Lebih Dekat dengan Badan Bank Tanah