Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Urip Hurub Hambangun Praja

18 November 2024   11:46 Diperbarui: 18 November 2024   11:49 47 3
Urip Hurub Hambangun Praja
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu



Pernah mendengar frasa pada judul itu? Ya,  mirip  motto Kabupaten Blitar. Mirip? Iya, Kabupaten Blitar menyatakan Hurub Hambangun Praja, tetapi judul itu lebih satu kata, kan?

***
 
Sayup-sayup gawaiku melantunkan refrein melodi lagu "Bunda" yang dinyanyikan Melly Guslaw. Penanda ada panggilan masuk. Namun, tentu saja aku tidak bisa menerima panggilan itu. Gawai  berada di luar, sementara aku sedang berada di dalam kamar mandi.

Kata mereka diriku selalu dimanja ...
Kata mereka diriku selalu ditimang ...


Hmm ... benarkah apa yang kulalui di masa kecil seperti lirik refrein lagu itu?

***

Pada masa sekolah ... ketika ada siswa yang dijemput oleh salah seorang atau kedua orang tuanya, air mataku pasti menetes tanpa dikomando. Demikian pula jika selepas musim hari libur teman-teman menceritakan keseruan mereka berlibur bersama keluarga. Bahkan, hingga usia mahasiswa, saat teman menceritakan momen bahagia bersama keluarganya, aku selalu menghindar!

Ya, mau tak mau aku harus menyingkir, menjauh sejauh-jauhnya. Bukan tanpa alasan aku melakukannya! Sebab ... hatiku terasa teriris sembilu!

Pasti kau ingin bertanya-tanya, bukan? Mengapa demikian? Sehebat itukah sakit yang kaurasakan?

Ya, aku adalah produk anak broken home, semoga tidak pernah broken heart juga! Bagaimana tidak? Hingga usia remaja, statusku selalu disembunyikan, ditutup rapat-rapat oleh kedua orang tua angkatku.

Pasangan paruh baya yang belakangan kuketahui adalah kakek dari pihak ibuku yang menikahi janda tanpa anak. Akulah yang dimanfaatkan, konon katanya sebagai perekat agar hubungan keduanya tetap langgeng!

***

Ya, ... ide ini tetiba melintas saat aku berada di sebuah toilet. Justru  saat di tempat yang sama sekali tidak istimewa itulah sering muncul ide yang biasanya bisa kukembangkan menjadi bahan cerita. Sungguh, bersyukur sekali bahwa ingatan tanpa dipanggil malah datang berhamburan seperti itu.

Flash back! Enam dasawarsa silam! Bukan main, setengah abad lebih di masa lampau teringat kembali. Kata guru psikologiku saat duduk di sekolah lanjutan atas, konon katanya itu sebagai jenis ingatan yang tahan lama dan setia. Bravo! Aku dianugerahi ingatan sebaik itu!

Eh, iya ... masa kecil yang kulalui memang penuh dengan drama, khususnya drama tragedi. Namun, aku percaya Tuhan memberi blue print  hidupku seperti itu pasti ada rencana indah-Nya.

Tidak main-main! Skenario utuh otoritas-Nya. Paling tidak, yang kuyakini dan kuketahui adalah bahwa setiap makhluk yang diciptakan-Nya dengan aneka cara itu membawa misi-Nya yang luar biasa.  

"Tidak semua yang tidak baik di mata orang itu adalah sampah! Tidak semua sampah tidak berguna! Sampah pun masih bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang sangat berharga. Bahkan, menjadi sumber energi masa depan yang sangat menguntungkan. Jadi, tergantung bagaimana orang menyikapi sampah tersebut!"


Ini adalah kata-kata bijak seseorang yang sangat berdampak dalam hidupku. Bagaikan amunisi yang menutrisi hidup dan kehidupanku. Ketika sedang terpuruk dalam kondisi terburuk, kudengar nasihat bijak itu. Maka, seolah melambung tinggi melenting ke lazuardi biru! Ternyata, masih ada orang yang peduli kepadaku sementara beberapa yang lain mencibir dan mencemooh keberadaanku.


"Jadi perempuan itu tidak perlu bersekolah tinggi! Toh, pada akhirnya akan masuk dapur. Jadi, kalau bisa melakukan hal-hal yang sesuai dengan keterampilan wanita, cukuplah! Ngapaian kuliah segala?"

Masih terngiang pula kalimat afirmasi negatif ini. Beruntung sekali saat itu aku justru mengabaikan dan mengatakan di dalam hati, "Catat dan lihatlah! Kelak aku akan menjadi yang terbaik, terbesar, dan ter- yang lain lagi, pokoknya!"

Berdasarkan kenyataan tersebut, melajulah bidukku menyibak ombak. Bayu sepoi yang membawa kabar baik pun selalu kuperoleh sehingga meski sedikit oleng, masih selalu maju dan maju.

"Meskipun anak haram, anak jadah yang tidak diharapkan lahir oleh manusia, aku diberi hidup dan kehidupan oleh Tuhan! Pasti Dia memiliki rencana indah dalam hidupku!"

Tekadku membara manakala mendengar secara tidak langsung kesimpulan biografi diriku ini yang disampaikan oleh atau yang kudengar dari beberapa orang.

Akan kutunjukkan kepada dunia, terutama kepada para pembenciku, haters-ku, bahwa aku tetap eksis! Bahkan, jika boleh akan kuminta kepada Tuhan nasibku lebih baik dan melebihi baiknya dari mereka.

***

"Kamu ingat si (gadis) Anu itu? Kasihan sekali, ya! Sudah ibunya sebagai kupu-kupu malam, ia sendiri malah dihamili lelaki tak bertanggung jawab! Parahnya lagi ... lelaki itu sudah punya istri yang sedang hamil besar pula! Aduhhh ... amit-amit jabang bayi!" ungkap seorang wanita sambil mengusap perut berharap tidak bernasib semalang itu.

"Oh, Tuhan. Jahat sekali mulut manusia, ya!" keluhku dalam hati tanpa merespons perkataan yang disampaikannya.

Memang, betapa manusia sering menghakimi manusia lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Padahal, ada pengingat hebat sebagaimana ungkapan, "Don't judge a book by a cover!"

Hmmm, pandai sekali manusia menilai buruk manusia lain. Padahal, belum tentu nilai dirinya sendiri baik. Tak terpikirkan bagaimana dengan nilai dirinya sendiri. Asbun alias asal bunyi saja kala menghakimi atau mem-bully manusia lain!

Tak diingatnya bahwa, "Barangsiapa menghina sesamanya, menghina penciptanya!"

Hal-hal seperti itulah yang justru mendewasakan diriku. Aku menjadi tahu mana yang terbaik, mana yang baik, dan mana pula yang kurang baik. Dalam kondisi bagaimanapun, aku tetap maju, maju dan kian maju, tetapi tidak melupakan dari mana asalku.  

Bahwa aku hanyalah seseorang yang dinilai sebagai anak haram oleh sesamaku, khususnya haters-ku, aku sangat paham. Itu harus membuatku tetap rendah hati, tetapi tak perlu rendah diri!

Kepada yang senasib denganku, aku berusaha merangkul mereka dengan kasih sayang dan perhatian tulus. Ya, sekalipun dianggap sampah, pasti masih ada nilai kebaikan dari sampah tersebut. Mungkin menjadi bahan dasar daur ulang, atau mungkin juga sebagai calon kompos yang menyuburkan tanah gersang. Mengapa tidak?


Kini setelah berusia hampir kepala tujuh, aku tahu ... beberapa haters-ku bertumbangan satu demi satu. Meskipun tidak pernah aku mendoakan jelek kepada mereka, hukum tabur tuai dan hukum karma itu masih berlaku hingga saat ini.

Jadi, sebuah pelajaran berharga bagiku adalah biarkanlah orang menghina, mem-bully,  mengejek, dan atau mengolokmu, pasti Tuhan akan membelamu dengan cara ajaib-Nya! Tak perlu membalas kejahatan mereka dengan kejahatan serupa, cukup serahkan saja kepada-Nya sebab penghakiman itu ada di tangan-Nya.  


Ya, betul! Aku adalah anak haram, anak jadah! Namun, bukan atas kemauanku lahir seperti itu. Semua merupakan karsa (kehendak) dan karya Allah semata, so ... syukuri saja apa adanya.

Urip hurub hambangun praja! Dengan semangat menyala-nyala kulalui sepanjang jalan hidupku untuk membangun negeri, termasuk membangun diri pribadi agar menjadi manusia yang beradab, santun, dan tahu diri.  


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun