Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Tatapannya nanar. Diedarkanlah pandangan menyapu seluruh area. Hanya deret batu nisan yang tertata beraneka bahan, bentuk, dan warna. Pohon kamboja memamerkan kelopak wangi menyambutnya. Kedinginan, keheranan, dan penasaran. Mengapa bisa berada di tempat tersebut, padahal tujuannya tidak demikian. Dirasa berada di tempat salah. Masih diingat dia sedang dalam perjalanan berkendara seorang diri menuju  pesta pernikahan. Mengapa tiba-tiba berada di antara deretan nisan? Sementara, luka di kepala masih nyut-nyutan.  Â
Subarkah namanya. Su berarti baik, indah; barkah berarti berkat. Orang tua berharap akan menjadi berkat indah bagi keluarga. Selulus SMK,  merantau ke negeri jiran demi mengubah nasib. Diterima sebagai karyawan di bidang pertanian.  Mengurus green house sejuta tanaman hias, terutama adenium, siap ekspor ke seluruh dunia. Berhasil mengantongi segepok dolar dan segudang pengalaman, siap dijadikan modal. Berniat pulang ke tanah air hendak berwirausaha.
Wanita idaman yang sedianya dilamar sepulang merantau, ternyata kedahuluan pemuda lain. Kecewa? Pastinya! Namun, dia ingat  lahir, jodoh, dan mati takdir ilahi. Mau tak mau diikhlaskanlah si kembang desa bukan menjadi takdirnya. Saat hendak menghadiri kondangan sang idola itulah, dia kendarai  motor baru ke desa sebelah lewat area sepi. Kondisi terduduk lemas, pusing, datanglah  beberapa orang hendak berziarah. Seseorang menghampiri, memeriksanya hati-hati. Melihat kondisi memprihatinkan dengan busana terlucuti, komentarnya lantang,  "Waduh, ini pasti korban begal kesekian! Untung masih selamat!"