malam terasa lambat mengalirkan takdir
narasi terasa menggigit dengan tiada risih
perlahan halaman sejarah terukir perih
dalam alunan kata tergambar persis di dahi
paparan jejak terkadang berkelebat menghilang
datang lagi, lalu sirna namun amat menggurat
aku terdiam tanpa keluh menonton opera opera mini
segala ungkap seperti menyalahkan suara hati
sukma teraniaya hingga air mata pun kering
hasrat mem-vote menggila bagai mengejar mimpi
bak pengemis menadahkan tangan meminta sesuap nasi
membuatku nelangsa setengah mati
sejak kumengenalmu, ada senandung tawa
tengah tergenggam jelang magenta menjingga
hingga kembali jelang temaram membias
ada serangkaian cerita panjang penuh asa
hingga semesta membawa riuhku melayang
dan sesaat, aku terpesona
kutelusuri setiap rasa, kupijaki setiap luka dan duri
agar kupahami segala karsa tentangmu
tentang inginmu, tentang hasrat bijakmu
agar kumampu melangkah beriring
hingga suatu masa kelopak nurani berbisik
lihat! Jari ini tiada lelah melukis aroma rating
ingin selekasnya melahap vote satu demi satu
agar nyali serasa tiada kosong namun gemuk berisi
sayang, yang kuterima hanya pernyataan gersang,
pandangan keliru membabibuta merongrong hati
dan sungguh, aku nelangsa
bukannya aku mengeluh, ujung mataku mengkristal
kuhanya ingin renyah tawa menggema, suara para sahabat
agar kenangan tiada melapuk, terkubur lalu mengabu
sekejap, hatiku bagai tiada berada di tempat
terporakporanda oleh tafsir keliru mansukh penuh batil
kini kuhanya bisa berucap kesah, menyeduh harap
setitik pun tiada lelah melukis aroma rating
dengan segala keterbatasan yang kupunya
semoga tiada lagi ungkapan pilu menggilas hati
hingga mesin waktu rela memeluk keping kenangan
membiarkan desir perih ini teredam di sanubari
@TahunaSangihe
#NK/21/06/2021