Apalagi ketika kita benar-benar lapar. Agak sedikit berhayal, sama persis ketika saya ingin menyantap nasi bersama ikan Gurami masak Rica-rica, Tinutuan alias Bubur Manado dengan aroma rempahnya yang khas.
Mungkin juga Sagu Ketti ketika perut ini minta diisi. Sagu khas makanan suku Sangihe, (sagu yang dibakar setelah beberapa saat menjadi keras) pun akan saya sikat. Bagi saya, makanan sangat berkaitan dengan selera. Baru mencium aromanya saja sudah membuat tenggorokan kita tersedak. Apalagi jika makanan tersebut adalah menu favorit kita. Saya paling suka menu sagu dicampur kelapa parut/ cukur yang kata orang Sangihe "Nirange" atau dibakar di wajan. Di zaman dulu hinnga sekarang pun masih ada), sagu memiliki wadah tempat membakar yang namanya "Porno" (Hati-hati, jangan salah mengartikannya!)
Wadah yang namanya Porno ini terbuat dari tanah liat, bentuknya segi empat, memiliki beberapa ruang kecil untuk dimasukkannya sagu tersebut. Wuiiih... gurihnya! Mau tahu lauk yang paling cocok? Sayur santan yang terdiri dari daun paku (pakis), daun pepaya, daun sakede (Melinjo) yang diramu sedemikian rupa hingga membentuk satu kesatuan rasa yang aduhai lezat dan gurih di lidah.
Sungguh betapa pentingnya makanan sebagai kebutuhan badaniah. Hanya saja, tidak semua makanan cocok untuk disantap di masing-masing perut kita. Makan juga bukan sekadar asal kenyang, melainkan untuk memenuhi kebutuhan menu seimbang atau asupan gizi agar tubuh tetap sehat.