Satu subuh, adzan berkumandang.....Ya Allah, kami memenuhi panggilan-Mu, semoga Engkau ridha atas setiap langkah kami.
Jamaah mulai berdatangan memenuhi shaf yang tersedia. Sebenarnya kaum perempuan menempati lantai atas, karena malas naiknya, kami pun menempati bagian belakang shaf pria. Seorang perempuan, yang sudah mengenakan mukena dari rumah, duduk diatas sajadah yang tergelar untuk shaf pria. Â Sang imam memanggil seorang jamaah perempuan untuk memberitahunya supaya bergabung saja dengan jamaah perempuan lainnya dibagian belakang. Dan hal ini pun menarik perhatian jamaah lainnya.
Saat perempuan itu berdiri, kami jadi memandangnya dan...astaga....betapa tipis dan menerawang mukena yang dikenakannya. Dan....ternyata........dia tidak mengenakan pakaian apapun pada bagian atas selain penutup dada, jelas saja warna penutup tersebut pu terlihat dengan sangat jelas.
Ghibah sangat tiak disukai bahkan dibenci, dan kami pun tak kuasa untuk saling berbisik. Mungkin jemaah baru, karena tak satupun dari kami mengenalnya.
Di negeri ini, saat shalat, umumnya muslimah, mengenakan mukena. Seperti apapun model dan warnanya, tebal atau tipisnya bahan, masa iya kita tidak mengenakan pakaian saat kita mengenakan mukena.
Shalat adalah saatnya kita bertemu Sang Khalik. Berpakaian dan berperilaku-lah yang baik. Apa kita tidak malu, bertemu dengan Sang Pemberi Rezeki dengan keadaan yang kurang dari seadanya. Rezeki yang kita dapat, adalah karena kemurahan-Nya. Jangan sampai kelak kita tidak mengenakan apa-apa karena kelalaian kita. Naudzubillahi min dzalik (betul engga ejaannya....) Penampilan kita adalah cermin diri kita.