Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Kompasiana, Paradoks, dan Kejutan

9 April 2011   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 86 6
[caption id="attachment_100789" align="alignleft" width="150" caption="ceritanya bukan tentang bernard bear"][/caption] KOMPASIANA

Saya mengenal Kompasiana melalui seorang teman. Sayangnya, Kompasiana tidak mempunyai rubrik Resep Masakan, Fashion, atau Interior. Karena itu, saya jarang berkelana di Kompasiana. Sesekali saya membaca cerpen atau tips-tips kesehatan. Tetapi saya hanya seorang pembaca tanpa identitas, dan saya tidak memberi komentar karena saya belum menjadi anggota.

PARADOKS

Beberapa waktu yang lalu, beberapa Kompasianawan/wati mengumumkan adanya suatu parade penulisan dongeng anak (Paradoks). Saya tertarik dengan kegiatan tersebut, bukan untuk menjadi penulis dongeng, tetapi untuk memberi komentar. Saya pikir bahwa kegiatan ini adalah sesuatu yang positif. Banyak anak Indonesia yang menggemari komik-komik mancanegara seperti Jepang. Komik-komik tersebut, tentunya, memuat kebudayaan negeri asalnya. Dengan adanya Paradoks, yang diharapkan dapat memperkaya dongeng dengan budaya Indonesia, anak-anak kita akan lebih banyak mengenal budaya sendiri.

KEJUTAN

Karena ingin memberi komentar pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan dongeng-mendongeng, saya mendaftar menjadi anggota Kompasiana. Kemudian, saya memberi komentar pada salah satu tulisan Bpk David Solafide. Dalam berkomentar, saya hanya ber’hahahehe’.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun