Retno menancap gas motor matic-nya agar tak terlambat datang ke lapangan Garuda. Anak-anak itu pasti sudah menunggu kedatangannya. Benar saja, lima orang anak sudah berdiri di depan lapaknya.
"Maaf, ya, Kakak terlambat. Ayo, bantu Kakak merapikan," ujar Retno sambil menyandarkan motornya.
Keempat anak itu dengan sigap menurunkan bakul dan kotak dari motor sedangkan seorang lagi membukakan pintu kedai yang masih terkunci rapat.
Retno tersenyum saat melihat anak-anak itu dengan sigap dan ceria membantunya menyiapkan lapak nasi uduk, dan minuman cendol yang biasa disiapkan setiap bulan Ramadan.
"Hai, Retno! Rupanya kamu berjualan di sini?" Tiba-tiba suara seorang perempuan terdengar dari dalam mobil Fortuner yang berhenti tepat di depan kedainya.
Rupanya Dea dan Anggun,teman semasa SMA Retno, yang selalu melakukan perundungan karena Retno berjualan nasi uduk di sekolah.