Nina Sulistiati
Air mata darah mengalir pedih
menyingkap lara yang tak terkira
Saat ribuan mujahid berpulang
Gugur dalam kesyahidan menepis angkara
Kala jiwa- jiwa suci anak- anak Palestine
melayang dalam genggaman kemungkaran
Tiada lagi kata yang terucapkan
Kelu dalam kepiluan mendalam
Air mata darah mengalir
di antara mortir yang membombardir
di sela ledakan yang tak berarah
diantara duka di atas luka
Meluluhlantakkan harapan umat manusia
Bocah- bocah kecil itu menatap hampa
Ribuan keranda dalam iring- iringan penuh air mata
Tak ada teman yang menyapa dan bersenda
Terenggut meski mereka tak tahu apa-apa
Kaum ibu meraung geram penuh amarah
Tangis, canda tawa kini sirna
Tak tersisa damai dan bahagia
Moncong-moncong senjata
menyeruak rasa
Bumi Palestine tak bisa lagi dipijak
Rumah-rumah lebur tak bersisa
Porak poranda tak berupa
Sang Angkara merajalela tanpa jeda
Negeri Palestine bersimbah darah
Langit kelabu menahan lara , pilu
Asa tak mampu lagi melangit
Atmaku tak mampu menjerit
Hanya tersungkur dalam pinta pada-Mu
Ya Rabbi penguasa jagat raya
Di mana tersimpan nurani yang tersisa
Jiwa-jiwa tak berdosa terhempas
Tangan-tangan setan tak beragama pencabut nyawa
Angin tak lagi sepoi berdesir
Lembayung tak lagi menjemput malam
Sepi, sunyi malaikat kematian bertebaran
Kemana kami berlari, ya Rabb
Tak ada tempat lagi
Untuk berlindung dari deraan
Selain kepada-Mu pemilik alam
Palestina adalah milik-Mu
Anak- anak itu milik-Mu
Seluruh rakyatnya milikmu
Jangan biarkan para durjana itu mengambil milik-Mu
Jangan... Jangan biarkan air mata darah mengalir dan bernanah
Cibadak, 15 November 2023
Duka buat warga Palestina