Merupakan salah satu prosesi ritual adat dayak taman yang terletak dikabupaten Kapuas hulu Kalimantan barat. Tujuan diadakan acara ini adalah sebagai bentuk penghormatan atau balas budi kepada leluhur dan juga karena keluarga-keluarga yang mengadakan acara ini harus melunasi kewajiban adat karena dimasa lalu keluarga mereka telah ditunjuk untuk melaksanakan gawai oleh pendahulu sebelumnya. Karena acara ini meliputi seluruh dayak taman yang tersebar dibeberapa kampung antara lain, lunsa, sayut, ingko tambe, malapi 1,2, 3, 4 dan 5, dan kampung sauwe maka acara ini membutuhkan persiapan financial, psikologis dan mental yang begitu berat, untuk itu membutuhkan persiapan yang panjang dalam gawai ra kali ini telah dipersiapkan selama sepuluh tahun oleh beberapa keluarga yang khusus membiayai bersama ritual ini.
Keseluruhan prosesi yang panjang dan melelahkan namun sarat dengan makna. Mulai dari hari pertama diisi beberapa ritual adat, antara lain betimang, yaitu para wanita yang dianggap sebagai sesepuh akan menimang atau menceritakan kisah-kisah masa lalu. Kemudian acara pasiap baik untuk masyarakat melapi 3 semalam sebelum acara puncak, khusus untuk warga local. Dalam prosesi tersebut warga yang ikut pasiap akan mengeluarkan busana dan aksesoris terbaik, mata kita akan dimanjakan dengan keindahan busana yang terbuat dari manic-manik dengan segala aksesorisnya, untuk pria akan mengenakan Mandau sebagai pelengkap busana, dimana Mandau merupakan ciri khas yang menjadi satu dengan semua prosesi adat dayak dimanapun, yang mencerminkan kegagahan dan keberanian orang-orang dayak.
Pada hari ke-empat, akan dilaksanakan penyambutan tamu-tamu pria yang datang dengan menggunakan perahu tambe, yaitu perahu bermotor yang dihias sedemikian rupa untuk warga kampung tetangga yang menggunakan jalur sungai melapi dan mobil truk yang dihias membentuk sebuah perahu untuk kampung-kampung yang menggunakan jalur darat. Penyambutan yang sangat meriah dan magis sangat terasa saat menyambut tamu yang berangkat lewat jalur sungai, dimana barisan penari yang terdiri dari gadis-gadis remaja dan perempuan dewasa serta pria-pria yang berpakaian adat lengkap juga berpartisipasi menari untuk menyambut tamu. Seorang pria yang berprofesi sebagai balian dan ditemani seorang wanita lainnya menyanyikan senandung atau menimang yang membuat hati yang mendengarkan terasa sangat terharu dan teringat pada masa lalu. Setelah semua tamu datang, mereka dipersilakan naik kerumah panjang dan dilayani sebaik-baiknya dan benar-bear dihindari ada kekurangan dan kekhilafan didalam melayani tamu karena bisa berimplikasi sanksi moral dan adat, jadi dalam keseluruhan gawai ini tamu-tamu benar-benar diperlakukan dengan sangat hormat dan untuk alasan tertentu pelayanan terhadap tamu perempuan akan lebih diperhatikan lagi.
Pada acara puncak yaitu hari ke-5, dilaksanakan penyambutan untuk tamu-tamu wanita dengan prosesi yang sama namun langsung diikuti acara puncak yaitu mandung atau pengorbanan hewan-hewan yang telah disiapkan. Sebelumnya tamu-tamu wanita akan melaksana acara pasiap yaitu memberikan penganan-penganan yang mereka bawa kepada tamu-tamu yang hadir dengan mengelilingi ruang rumah panjang. Setelah itu baru dilaksanakan acara mandung. Acara mandung ini sungguh mendebarkan, karena hewan-hewan korban akan ditombak sampai sekarat oleh para penombak yang telah bersiap-siap. Acara diteruskan dengan makan bersama hewan korban tersebut kemudian besoknya adalah hari penutupan keseluruhan prosesi gawai dayak adat taman sekapuas-hulu. Tradisi tersebut telah meninggalkan kesan yang mendalam, betapa kayanya kita akan berbagai ragam corak budaya dan adat istiadat, apabila dikemas dengan baik maka peristiwa tersebut bisa menjadi pasar potensial bagi dunia pariwisata tanah air.