Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Belajar Dari ‘Guru Rosa’ Dalam Ukiran Fatin di X Factor Indonesia

8 April 2013   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:31 2071 0
‘Rosa,’ tidak ada yang tidak kenal namanya. Penyanyi bernama lengkap Sri Rosa Roslaina Handiyani ini tidak hanya terkenal di negeri sendiri namun juga tenar di beberapa negara tetangga. Perempuan kelahiran Sumedang pada tanggal 9 Oktober 1978  tersebut telah merilis Sembilan album sejak memulai karirnya delapan belas tahun yang lalu. Single debutnya dirilis tahun 1995 dengan hits berjudul ‘Nada-Nada Cinta’ merupakan tonggak awal akan eksistensi Rosa di dunia tarik suara tanah air. Selain berkiprah sebagai penyanyi papan atas, Rosa juga berhasil menyelesaikan pendidikan Strata-1 di salah satu universitas negeri bergengsi di tanah air, universitas Indonesia. Hingga kini Rosa merupakan salah satu dari sedikit soloist perempuan Indonesia yang mendapatkan pengakuan ‘diva’ dari masyarakat Indonesia dan jutaan pengagumnya di Malaysia dan Brunei.

Gambar 1. Screen Shoot lagu ‘Nada-nada cinta’ yang dipopulerkan oleh Rosa pada debut pertamanya di tahun 1995 (sumber:http://www.youtube.com/watch?v=Gy4P-IWdho4, diunduh 6 April 2013 )

Saat ini nama Rosa kembali menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Hal ini bukan karena kapasitasnya sebagai penyanyi, namun karena kedudukannya sebagai salah satu  ‘Guru’ dari kontestan XFI  bernama Fatin Shidqia. Kemampuan Rosa dalam olah vokal tidak perlu diragukan lagi, namun kiprahnya dalam mendidik calon penyanyi masih diperlukan uji lanjutan. Sebagai gambaran bisa kita bandingkan dengan pengalaman 3 juri lain XFI yaitu Ahmad Dhani, Anggun, dan Bebi Romeo yang diluar kapasitasnya sebagai penyanyi, ketiganya juga terkenal komposer, pencipta lagu, produser, dan pemandu bakat.

Menjadi mentor merupakan tantangan baru buat Rosa, terlebih dia bertanggungjawab akan perkembangan  dan kemajuan penampilan salah satu peserta yang menjadi idola seluruh masyarakat Indonesia. Bully berjamaah akan dengan sangat mudah akan ditujukan kepadanya. Meskipun Bully merupakan tidakan yang tidak bisa diperbolehkan apalagi ditoleransi, namun dalam kenyataan di masyarakat hal tersebut merupakan hal umum. Bully tidak hanya terjadi di dunia musik, namun juga terjadi di dunia olah raga. Contoh sangat nyata bisa kita lihat dari sikap tidak dewasa sebagian besar supporter sepak bola Indoensia terhadap pelatih timnas. Tim yang dibentuk hanya beberapa hari menjelang laga internasional tersebut harus selalu menang. Jika kalah, maka hujatan akan langsung dialamatkan pada sang pelatih. Tidak ada alasan apapun yang bisa diterima karena kekalahan tersebut. Bahkan dengan sangat mudah dan cepatnya sang pelatih akan diganti seperti layaknya penggantian permainan bongkar pasang dan lego.

Peserta XFI bisa diibaratkan sebagai murid pada kelas akselerasi. Seluruh kontestan yang terpilih sampai final merupakan yang terbaik berdasarkan pilihan juri. Tantangan Rosa dimulai ketika melatih Fatin, seorang remaja muda yang tidak pernah kursus vocal, namun memiliki karakter suara yang unik. Kemampuan rosa dalam mentransfer ilmu kepada Fatin diuji mulai dari sini. Jika Fatin dilatih oleh ketiga juri lainnya dan mengalami progress yang luar biasa, tentu merupakan hal yang biasa. Hal tersebut dikarenakan  juri lainnya memiliki jam terbang yang tinggi dalam mementori  calon musisi.  Ahmad Dhani dan Bebi Romeo telah berhasil mengorbitkan beberapa penyanyi yang eksistensi bintang orbitannya juga diakui di negeri ini.

Tantangan Rosa yang minim pengalaman sebagai ‘guru’ tersebut adalah menjawab keraguan masyarakat akan kemampuannya dalam memandu bakat  Fatin untuk tampil  optimal dalam setiap gala show. Jeda singkat antar gala serta keharusan untuk membawakan lagu baru sesuai tema gala merupakan tantangan berat yang harus ditaklukkan Rosa. Minimya jam terbang tampil di panggung dan tidak adanya basic latihan vokal sang anak didik bernama Fatin juga merupakan tantangan berat lainnya. Hasil didikan Rosa bisa kita lihat dari penampilan Fatin di setiap Gala. Selama kurang lebih tujuh minggu dengan tujuh kali penampilan Fatin di setiap Gala Show, Rosa telah berhasil mentrasfer ilmu yang dimilikinya pada anak didiknya tersebut.

Trasfer ilmu yang diberikan Rosa tidak hanya hal-hal teknis, namun juga hal-hal yang non teknis. Kejelian Rosa dalam mengubah dua kata dari syair lagu It Will Rain merupakan salah satu contohnya.  Hal tersebut menunjukkan betapa detail-nya Rosa menghindari  kontroversi akibat dampak dari dua kata syair asli lagu tersebut. Faktor non-teknis lainnya adalah sikap Fatin yang menjadi sorotan bagi sebagian pemirsa layar kaca dalam menjawab pertanyaan juri. Kejelian Rosa sekali lagi terlihat hasilnya. Fatin berhasil merespon juri dengan sikap yang lebih positif di Gala Show ke tujuh minggu lalu.

Sebagai seseorang penikmat musik hanya berdasarkan telinga dan hati, saya merasa tidak kompeten untuk menilai kemajuan Rosa dalam hal  transfer ilmu olah vocal kepada anak didiknya ini. Subyektifitas saya akan sangat berperan disini karena saya mendeklarasikan diri sendiri sebaga Fatin-Lover.  Bagi fatinistics seperti saya, semua yang dinyanyikan Fatin selalu indah dan enak didengar. Bahkan beberapa lagu Fatin telah berhasil mengaduk-aduk emosional saya pada tingkatan tertinggi. Namun sebagai seseorang yang telah lama merasakan ‘Sekolah Kehidupan’, ada tiga hal yang bisa dipakai sebagai bahan renungan dari metode transfer ilmu ‘Sang Guru Rosa’ kepada anak didiknya bernama Fatin Shidqia ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun