Bahkan di pedesaan, seperti di Desa Wanakaya, Kecamatan Haurgeulis, Indramayu, masyarakat berbondong-bondong menuju TPS sesuai surat C6 yang sudah dibagikan oleh panitia di masing-masing Rukun Tetangganya.
Dikutip dari akun Instagram @gmb_indonesia, bahwa lembaga kajian Australia, Lowy Institute, mengatakan, "Pemilihan umum 2019 di Indonesia adalah pemilihan yang paling rumit dan menakjubkan di dunia karena skalanya yang besar dan dilakukan dalam satu hari saja."
Bagaimana tidak rumit dan menakjubkan, setiap orang yang mempunyai hak pilihnya wajib mencoblos lima lembar dengan komisi yang berbeda. Meliputi Presiden dan Wakilnya, DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, serta DPRD Kabupaten/kota.
Sebelum hari H- yang jatuh pada 17 April 2019, kita tahu bahwa politik Indonesia telah berevolusi menjadi politik yang lebih keras. Salah satu contohnya adalah kampanye yang menyerang kepesimistisan masyarakat dengan bahasa layaknya drama. Yang mana itu adalah sikap sebagian masyarakat yang salah menempatkan posisi pesta demokrasi di Indonesia ini, yaitu pada posisi egoisme diri.
Namun, tidak hanya itu. Pesta demokrasi juga ada sisi positifnya bagi masyarakat. Entah itu di kota ataupun di pedesaan. Salah satunya adalah saling bersosialisasinya antar tetangga, yang sebelumnya jarang bersapa, dengan adanya pesta demokrasi ini merevolusikan sapa menjadi selembar naskah obrolan yang bukan hanya tentang pemilihan umum, tapi juga tentang kehidupan sehari-harinya. Terutama kaum Ibu dan Bapak. Begitu juga sikap guyub yang terlahir kembali di tengah-tengah pesta demokrasi ini.