Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Rendahnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Covid-19

23 November 2021   15:16 Diperbarui: 23 November 2021   15:36 136 0
dunia saat ini sedang berjuang untuk menghadapi pandemi covid-19 yang semakin hari semakin merakit menyebarkan dari covid-19 ini. Negara di seluruh dunia juga sudah melakukan berbagai macam cara untuk menanggulangi penyebaran covid-19 ini termasuk juga di Indonesia.
Namun walaupun begitu,diluar sana masih banyak masyarakat yang tidak percaya dengan covit 19 yang tentu saja yang menyulitkan tenaga kesehatan untuk melakukan tracing.

Banyak masyarakat yang menolak edukasi Swab karena berbagai macam stigma yang beragam. Untuk tahapan diagnosis saja menolak tentu saja untuk dilakukan tracing akan lebih menyulitkan lagi.

Agar proses tracing berhasil tentu saja harus dimulai dari masyarakat terlebih dahulu. Masyarakat harus percaya Dwi jika covid 19 atau virus Corona ini nyata adanya. Jika memang menemukan kondisi kesehatan yang berubah, misalnya dengan tubuh yang tiba-tiba demam tinggi, kehilangan penciuman atau bahkan kehilangan indera perasa di lidah, sebagai masyarakat yang baik harusnya langsung berkonsultasi ke dokter.

Tentu saja agar tingkat kepercayaan masyarakat terhadap covid 19 ini bisa naik, para publik figur harus bertindak. Jangan malah mengambil informasi hoax dari sumbernya tidak akurat dan tidak mempunyai kajian ilmu yang tidak diakui.

Dokter umum Puskesmas Dompu Timurt TB laela Soraya juga menemukan hal yang sama walaupun berada di daerah gajian namun ia mengatakan bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan covid- 19.

kebanyakan alasan dari masyarakat yang tidak peduli adanya covid 19 adalah karena takut keluarganya dikucilkan apabila dalam proses tracing harus dilakukan isolasi.

Padahal sebelumnya wakah isolasi ini sendiri berguna untuk meminimalisir adanya penyebaran covid-19 di sekitar lingkungan tempat tinggal korban yang terkena covid-19 tersebut.
Kepercayaan publik pada dokumentasi juga ikut menurun. Bahkan korona juga membuat tingkat kepercayaan publik terhadap demokrasi juga ikut menurun. Di mana hasil survei nasional Saiful Mujani Research And Consulting atau SMRC mengatakan jika kepercayaan masyarakat terhadap jalannya demokrasi menurut di masa pandemi covid 19 ini.

hasil survei menunjukkan jika hanya 67% masyarakat yang puas dengan jalannya demokrasi di tengah pandemi covid 19. sementara itu sisanya tidak puas atau kurang puas dengan jalannya demokrasi di era pandemi covid 19.

kemungkinan covid 19 menjadikan komplikasi komplikasi pada pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah sehingga banyak masyarakat yang menilai pesimis atau kurang puas terkait pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah.

Pendiri dari SMRC yakni Saiful Mujani mengatakan jika penurunan kepuasan masyarakat terhadap demokrasi di era pandemi covid 19 adalah hal yang wajar karena banyak juga terjadi di negara-negara lain seperti Filipina dan India.
Hal ini sendiri terjadi karena langkah pemerintah dalam rangka menangani demokrasi dinilai masyarakat tidak demokratis, ditambah lagi dengan kondisi penurunan ekonomi serta keamanan.

Sebenarnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap demokrasi bisa dibilang tergolong masih besar. Tapi tingkat kepercayaan ini bisa saja terus menurun apabila potensi krisis ekonomi tidak bisa segera ditangani dengan baik.
Jika kinerja presiden dan pemerintah, keamanan, kondisi politik serta ekonomi semakin memburuk.
Hal tersebutlah yang membuat merosotnya komitmen dan dukungan untuk demokrasi.

Kenapa banyak masyarakat yang tidak percaya covid-19?

Devie Rahmawati selaku pengamat sosial universitas Indonesia mengatakan jika penyebab seseorang tidak percaya covid 19 adalahyang pertama karena masyarakat cenderung percaya terhadap penyakit yang dampak atau gejalanya dapat dilihat seperti penyakit kulit dan cacar.

hal ini tentu saja wajar saja karena covid 19 adalah suatu penyakit yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata. Wajar saja jika banyak masyarakat yang masih tidak percaya dengan posisi 19.

sebagai masyarakat tidak percaya dengan of 19 karena mereka tahu bahwa yang namanya penyakit adalah yang bisa dilihat oleh mata. seperti halnya penyakit cacar yang keduanya sama-sama terjadi coronavirus yang mematikan dan menular, tapi masyarakat lebih percaya dan takut mati cacar karena bisa dilihat oleh mata telanjang.

alasan lain yang membuat banyak masyarakat tidak percaya covid 19 adalah karena banyaknya kabar hoax yang beredar di tengah masyarakat menjadi salah satu alasan yang mendorong masyarakat jika tidak percaya covid 19. ditambah lagi dengan adanya teori konspirasi yang saat ini beredar di masyarakat yang menurutnya menyesatkan dan sangat berbahaya.

bahkan hoax yang beredar di masyarakat ini bisa saja menyerang siapa saja termasuk orang yang berpendidikan sekalipun. Oleh sebab itu, jika orang yang berpendidikan pun bisa saja termakan kabar hoax apalagi orang yang tidak berpendidikan, tentu saja sangat rawan termakan berita hoax dan bisa semakin membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap covid 19 menjadi semakin menurun.

Pada tanggal 20 November kemarin, kementerian komunikasi dan informatika Malaysia kabar bahwa setidaknya sudah ditemukan lebih dari 100 buah terkait kabar virus Corona. Ini sendiri ember segar pada 2000 platfrom digital.

Prof Paulus wirutomo selaku pakar sosiologi universitas Indonesia juga mengatakan jika sebagai besar masyarakat Indonesia tidak percaya adanya konflik 19 karena kebanyakan masyarakat Indonesia hanya percaya dengan penyakit yang bisa dilihat langsung oleh mata tempaknya.

Guru besar dari FISIP UI mengatakan jika masyarakat yang cenderung tidak percaya dan tidak peduli dengan data statistik penyebaran covid-19 di Indonesia adalah masyarakat golongan menengah ke bawah. sehingga bisa kita simpulkan bahwa masyarakat ini masih ada banyak masyarakat Indonesia yang tidak peduli dengan adanya covid 19.

Walaupun sudah diperlihatkan jumlah peningkatan kasusnya setiap hari, jika mereka memang tidak peduli mau bagaimana lagi. Bahkan banyak dari kita yang tidak peduli dengan statistik yang bisa jika setiap hari.

Rata-rata masyarakat Jakarta tidak percaya penularan covid 19. Doni Monardo selaku kepala badan Nasional penanggulangan bencana pada rapat kerja komisi VII DPR mengatakan jika jumlah masyarakat di Jakarta yang masih tidak percaya dengan penularan covid 19 cenderung meninggi. Bahkan DKI Jakarta sendiri menduduki peringkat pertama sebagai daerah dengan masyarakat yang tidak percaya terhadap covid 19 di Indonesia.

adanya fenomena tingkat ketidak percayaan masyarakat terhadap penularan covid 19 yang tinggi juga di diiringi dengan tingkat jumlah kasus di daerah tersebut yang masih berada di posisi tertinggi pula.

DKI Jakarta sendiri memiliki 40.000 lebih kasus positif covid 19, sama seperti daerah di Jawa seperti Jawa timur dan Jawa tengah.

banyak masyarakat yang masih menganggap jika ke-19 hanyalah rekayasa Dan menganggap jika cofid19 hanyalah sebuah konspirasi. Bisa kita simpulkan bahwa masyarakat yang pro terhadap Corona berbahaya adalah mereka yang percaya jika korona memang benar-benar nyata adanya.

sementara untuk masyarakat yang tidak percaya dengan korona adalah mereka yang menganggap bahwa korona hanyalah sebuah konspirasi saja. bisa kita lihat di mana saat ini saja situasi sedangkan demi tapi malah banyak juga yang tidak peduli dan tidak menggunakan masker. mereka cenderung mengatakan jika korona inilah sebuah konspirasi dengan berbagai macam alasan. salah satunya alasannya adalah karena mereka belum pernah melihat kejadian pasien yang meninggal karena covid 19 di depan mata kepala mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun