Tetapi jika menyimak pada hasil perhitungan jumlah penduduk, kota yang memiliki luas 32,5 Km² ini ternyata telah mengalami penurunan sekitar lima persen dibandingkan sepuluh tahun silam yang berjumlah 396.111 jiwa. Memang untuk jumlah pasti belum bisa disampaikan terlebih karena faktor bencana merapi yang baru saja terjadi. Namun dapat dipastikan bahwa jumlah penduduk di kota Yogyakarta ini tidaklah sepadat sebelumnya. Arina Yuliati (56) kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta menyatakan bahwa kecenderungan penurunan jumlah penduduk ini telah terjadi sejak sensus pada tahun 2000.
"Karakteristik kota yang sudah jenuh ini akan menyebabkan sulitnya kenaikan jumlah penduduk, sehingga kecenderungan yang terjadi adalah penurunan jumlah penduduk," katanya.
Rupanya upaya pemerintah kota untuk menciptakan kota yang nyaman huni bagi penduduknya yang memiliki tingkat kepadatan 9000 jiwa hingga 17.000 jiwa per meter persegi, justru menyebabkan kondisi yang terlalu padat dan membuat masyarakat mengalami kejenuhan. Sehingga tidak jarang mereka memilih untuk pindah ke wilayah yang dianggap lebih lapang. Selain itu faktor lapangan usaha yang dirasa sudah sangat banyak di kota ini dianggap sebagai salah satu faktor yang membuat beberapa orang berpikir untuk mencari lapangan usaha di daerah lain.
Faktor utama yang menyebabkan kota Yogyakarta perlahan serasa ditinggal penghuninya tidak lain adalah bencana alam yang melanda kota ini. Mulai dari gempa bumi hingga gunung merapi yang meletus. Semua rangkaian bencana terseut menimbulkan ketakutan tersendiri dan rasa trauma yang cukup dalam. Sehingga banyak yang pindah dari kota ini dengan alasan menghindari bencana. Padahal seharusnya jika mau kita pahami, bencana adalah suatu hal yang tidak pernah dapat kita prediksi datangnya.