Lezatnya Ayam Lado Hijau Koto Gadang Buatan Nenekku
Suasana sore hari penuh dengan indahnya matahari terbenam. Disuatu rumah yang berada di tengah kota hujan.
Seorang anak bernama Meli baru saja tiba di rumah neneknya dari Pekanbaru. Neneknya menyambut Meli penuh dengan rasa kerinduan. Meli berlari ke arah neneknya dengan penuh kegembiraan.
Lalu waktu maghrib pun tiba. Berkumandanglah azan maghrib. Saatnya berbuka puasa pun tiba. Meli berbuka puasa dengan makanan yang telah dibuat oleh neneknya. Meli melahap makanan itu sampai titik terakhir.
Lalu Meli shalat maghrib bersama ibu,ayah,dan neneknya. Kemudian nenek Meli menceritakan bahwa dua hari lagi adalah hari raya idul fitri dan ia ingin membuat ayam hijau koto gadang. Meli dengan senyuman indahnya telah lama menantikan masakan tersebut.
Setelah itu Meli shalat isya dan shalat tarawih berjamaah di mesjid. Kemudian Meli tidur dipangkuan neneknya sambil menonton tv.
Pada keesokan harinya. Ketika sahur, neneknya mengajak Meli untuk pergi kepasar membeli bahan ayam lado hijau koto gadang. Meli sangat senang karena bisa ikut kepasar bersama neneknya.
Meli, dengan sepasang mata berbinar, berlari sekencang angin menuju pelukan hangat neneknya. Rumah yang tadinya terasa sepi, seketika dipenuhi gelak tawa riang Meli. Neneknya, yang sudah menantikan kedatangan cucunya sejak pagi, menyambut Meli dengan pelukan erat. Keduanya sama-sama tak mampu menyembunyikan rasa haru dan bahagia.
Setelah sekian lama terpisah jarak, akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Meli bercerita panjang lebar tentang pengalamannya di Pekanbaru, sementara neneknya mendengarkan dengan penuh perhatian. Sore itu, rumah nenek menjadi saksi bisu betapa eratnya ikatan kasih antara seorang nenek dan cucunya.
Kemudian nenek manyakan kabar Meli "Bagaimana kabarnya nak?sekolahnya lancar? "
Lalu Meli menjawab "Alhamdulillah sehat nek,terus sekolah nya juga lancar."
Lezatnya Ayam Lado Hijau Koto Gadang Buatan Nenekku
Suasana sore hari penuh dengan indahnya matahari terbenam. Disuatu rumah yang berada di tengah kota hujan.
Saat tiba dipasar. Neneknya pun membeli beberapa bahan yaitu
1. 500gr ayam
2. 100gr cabe ijo
3. 50gr bawang merah, iris
4. 50gr bawang merah
5. 5gr bawang putih
6. 2 buah tomat hijau
7. 1 lembar daun kunyit
8. 3 lembar daun salam
9. 4 lembar daun jeruk
10. 2 batang sereh
11. 1 ruas kunyit
12. 1 ruas jahe
13. 1 ruaa lengkuas
14. 65ml santan kental
15. secukupnya air
16. secukupnya garam
Lalu Meli bertanya "Banyak juga ya Nek bahan bahan nya, Meli jadi pusing Nek,hehehhe"
Nenek manjawab sambil tersenyum "Iya Meli bahan bahan nya banyak, tapi dengan rempah rempah itu rasanya lezat"
Kemudian mereka kembali kerumah dan bersiap-siap untuk memasak ayam. Langkah memasaknya yaitu
1) Cuci bersih ayam, beri bumbu
ungkep lalu rebus hingga setengah
matang.
2) Siapkan dedaunan.
3) Blender cabe ijo dan bawang merah.
4) Ulek bawang putih, jahe, kunyit, dan
lengkuas hingga halus.
5) Goreng irisan bawang merah hingga
harum lalu masukan potongan
tomat
6) Masukkan bumbu halus yang sudah
di ulek, beri daun salam, kunyit dan
daun jeruk aduk hingga bumbu
matang.
7) Masukkan cabe ijo yang sudah di
blender beri santan, garam dan gula.
8) Masukkan ayam dan tambahkan air
hingga ayam terendam.
9) Jika air sudah menyusut dan
berminyak, tes rasa, matikan api
10) Ayam Lado Hijau Koto Gadang siap
disajikan.
Kemudian setelah shalat ashar nenek Meli mulai mempersiapkan bahan bahan untuk membuat ayam hijau koto gadang. Mali membantu neneknya untuk mencuci ayam yang telah di bersihkan neneknya. Ketika selesai mencuci ayam Meli lupa menutup ayam tersebut. Sehingga kucing pun memakan dua potong ayam tersebut.
Ketika itu Meli dan neneknya tidak melihat hal itu terjadi. Setelah beberapa saat barulah neneknya menyadari ada tulang ayam berserakan di lantai. Dia sudah menyangka bahwa itu adalah perbuatan kucing nakal. Untungnya di kulkas masih ada ayam yang belum di masak.
Neneknya pun melanjutkan mengiris bawang merah. Karena Meli sudah tidak kuat untuk membantu nenek. Nenek menyuruh Meli untuk duduk saja sambil melihat ia memasak.
Kemudian nenek menggiling jahe,bawang putih, kemiri,garam. Setelah itu ia menggiring cabe hijau,garam dan bawang merah. Ketika itu keringatnya sudah mulai turun. Lalu ia memanaskan wajan sambil menggoreng bawah merah yang telah ia iris bersama serai.
Setelah itu masukkan bumbu halus dan cabe hijau. Lalu karna penasaran,Meli membantu untuk memasukkan ayam ke dalam wajan.
Kemudian ayam ditutup sebentar. Setelah itu ia menambahkan santan kental dan penyedap rasa. Aroma harum masakan itu membuat perut Meli keroncongan.
Kemudian sambil menunggu ayam matang. Nenek menceritakan sejarah ayam koto gadang. Meskipun tidak ada catatan tertulis yang sangat spesifik mengenai asal-usul pasti Ayam Koto Gadang, namun para ahli kuliner dan masyarakat setempat memiliki beberapa pendapat yaitu
1.Pengaruh Kolonial: Beberapa sumber menyebutkan bahwa Ayam Koto Gadang dapat ditelusuri hingga masa penjajahan Belanda. Saat itu, masyarakat setempat banyak mengolah daging itik atau bebek dengan bumbu-bumbu sederhana. Seiring berjalannya waktu, ayam mulai menggantikan itik sebagai bahan utama karena ketersediaannya yang lebih melimpah.
Kemudiam Meli bertanya
"Oh ya nek, pahlawan koto gadang siapa aja ya nek?"
Kemudian nenek menjawab
"Kalo yang nenek tau cuman dua yaitu
1.Agus Salim: Salah satu tokoh pergerakan nasional yang paling di kenal. Beliau adalah seorang diplomat, politikus, dan ulama. Agus Salim di kenal sebagai sosok yang cerdas, berwibawa, dan memiliki peran penting dalam perundingan kemerdekaan Indonesia.
2.Abdul Muis: Seorang sastrawan dan wartawan yang sangat produktif. Karya-karyanya banyak mengangkat tema sosial dan kemasyarakatan. Abdul Muis juga aktif dalam pergerakan nasional dan menjadi salah satu pendiri Budi Utomo.
Lalu Meli bertanya"Apakah ayamnya sudah masak nek?"
Dan nenek menjawab"sebentar lagi nak."
Pada akhirnya masakan itu siap di santap. Sebagian ayam di simpan untuk idul fitri besok. Semua keluarga menyantap makanan dengan lahap sambil mengobati rasa rindu.
Tibalah hari raya idul fitri. Semua keluarga yang ada di Padang Panjang berkumpul di rumah nenek. Mereka menyantap ayam yang telah di sediakan bersama nasi hangat dan lauk lainnya. Mereka memuji betapa lezatnya masakan nenek.
Akhirnya mereka duduk dengan keadaan perut yang kekenyangan.Sambil bercerita dan bersilaturahmi.